Mohon tunggu...
Faisol  rizal
Faisol rizal Mohon Tunggu... Freelancer - akademisi, penulis lepas

Berbahagia dengan Membaca, Berbagi dengan Menulis

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Menuju 75 Tahun Indonesia Berekonomi, Bernostalgia Kembali dengan Ide "Sosialisme Ala Indonesia"

15 Agustus 2020   17:49 Diperbarui: 15 Agustus 2020   18:59 122
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Pada tanggal 17 Agustus tahun ini, kita merayakan hari ulang tahun Republik Indonesia yang ke 75. Banyak pencapaian-pencapaian yang telah berhasil didapatkan dan tentunya masih banyak juga pekerjaan yang harus diselesaikan. Pencapaian yang sudah digapai tersebut patut disyukuri, sedangkan pekerjaan-pekerjaan rumah yang masih ada harus kita selesaikan bersama-sama.

Di tengah kebahagiaan menyambut hari kemerdekaan Indonesia yang ke 75, tentunya selain kita harus mengingat dan mendoakan semua pahlawan dan tokoh-tokoh bangsa atas semua jasanya, kita juga bisa "bernostalgia" dengan ide dan gagasan para pahlawan dan tokoh-tokoh bangsa tersebut. Salah satunya mengenai ide dan gagasan tentang sistem ekonomi Indonesia.

Sistem ekonomi yang dianut oleh Indonesia sangat menarik untuk diperbincangkan dengan melihat kompleksitas penduduknya.

Sehingga muncul pertanyaan mengenai sistem ekonomi seperti apa yang pas dijadikan sebagai pondasi bangunan ekonomi masyarakat Indonesia.  Indonesia dianugrahi Tuhan dengan segala kemajemukan dari segi agama, suku, ras, bahasa, dan budaya. Sehingga, sentimen agama, suku, ras, dan sebagainya, jelas harus dihindari karena berpotensi memecah belah kesatuan.

Kemudian, sebagai negara yang beragama mengharuskan warga negaranya dalam melakukan hal apapun termasuk berekonomi harus berada dalam koridor atau batasan-batasan tertentu sesuai dengan ajaran agamanya. Berdasarkan hal tersebut, mau tidak mau Indonesia harus memiliki suatu sistem ekonomi yang mampu menghimpun seeluruh warga negaranya.

Kemajemukan Indonesia

Perbedaan suku, ras, dan budaya serta batasan-batasan dalam agama, perlu disikapi dengan sangat bijak sebagai modal persatuan untuk melangkah ke depan. Sementara nilai-nilai universal atau kesamaan nilai universal antar agama yang harus dijadikan sebagai modal semangat untuk bersama-sama membangun perekonomian negara oleh seluruh warga negaranya. Hal ini berarti bahwa sentimen-sentimen agama harus benar-benar dihindari karena dapat menghambat persatuan. Sudah seharusnya hukum legal formal setiap kelompok maksimal hanya berjalan pada tataran civil society nya sementara dalam tingkat nasional kita harus membangun suatu konvergensi yang bersifat kosmopolit.

Dalam menghadapi tantangan di bidang ekonomi, sudah tentu kita harus sadar mengenai keunggulan, kelemahan, ancaman dan peluang yang bisa dipertimbangkan. Begitupun kesadaran akan keindonesiaan juga harus didalami untuk kemajuan Indonesia kedepannya. Indonesia merupakan negara dengan berbagai keragaman didalamnya baik agama, suku, ras, bahasa, dan budayanya. Hal ini memiliki arti bahwa indonesia tidak akan maju kalau hanya diperjuangkan dengan semangat sebagian kelompok saja.

Indonesia tak bisa maju dengan mengandalkan islam saja, kristen saja, katholik saja, atau hindu dan  budha saja.

Keragaman yang dimiliki oleh indonesia merupakan anugrah yang telah diberikan tuhan kepada kita segenap warga negara indonesia yang harus disyukuri. Hal tersebut berarti bahwa untuk membangun indonesia, wajib hukumnya seluruh warga negara Indonesia bersatu padu mewujudkan konvergensi masional yang bersifat kosmopolit. Sejarah kemerdekaan Indonesia juga bisa kita jadikan bukti bahwa jutaan pahlawan yang gugur tidak berasal dari satu kelompok saja. Kemerdekaan Indonesia mempertaruhkan seluruh jiwa raga warga negara Indonesia.

Kembali ke masalah sistem ekonomi, bagaimana seharusnya sistem ekonomi yang harus dibangun di Indonesia yang mampu menghimpun seluruh asetnya baik yang berwujud human capital, sosial capital, dan spiritual capital seluruh warga negara tanpa menimbulkan bias sentimen antar kelompok? Hal ini tentu bisa terjawab kalau kita tidak enggan untuk kembali kepada ideologi negara bahwa pembangunan di Indonesia harus memiliki suatu muara, yaitu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Pendekatan apapun yang kita gunakan dalam berekonomi baik dengan pendekatan islami, tokugawa ala jepang, protestan ethic, dan sebagainya tetap harus bermuara kepada keadilan sosial.

Setelah kita memiliki kesadaran yang tidak bersifat lokal, fanatisme yang tidak kebablasan, serta mengerti dan menerima semua perbedaan tersebut, barulah kita mampu berjalan berdampingan bersama-sama dengan semangat yang sama, yaitu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Lalu, sebutan dan konsep ekonomi seperti apa yang bisa menghimpun seluruh modal atau aset yang ada di indonesia? Pertanyaan yang tentunya tak gampang untuk dijawab, karena bisa dilihat tidak ada negara di dunia dengan berbagai macam sistem ekonomi yang dianutnya yang tak mengalami pasang surut.

Sosialisme ala Indonesia

Opsi untuk menjawab pertanyaan mengenai sistem perekonomian tersebut bisa kita dapatkan dari analisis para cendikiawan, ekonom, dan tokoh-tokoh negara. Dengan catatan bahwa perbedaan opsi-opsi yang muncul harus kita sikapi dengan bijak. Salah satu opsi mengenai gagasan sistem ekonomi Indonesia yang pernah muncul adalah Sosialisme ala Indonesia, yaitu Sosialisme yang bukan merupakan Sosialisme Komunis, Sosialisme kaum Vebian, Sosialisme ala Moskow atau ala Pekeng. Serta sosialisme-sosialisme lain yang tidak bisa diterapkan di Indonesia karena tidak sesuai dengan ideologi negara.

Sosialisme ala Indonesia yang digagas dan diperkenalkan oleh persiden pertama Indonesia, Ir Soekarno merupakan gerakan keadilan sosial yang prinsip-prinsipnya bersumber pada ideologi negara, yaitu pancasila dan UUD 1945.

Sosialisme ala Indonesia adalah sosialisme yang menghormati hak milik individu tetapi tetap mengedepankan fungsi sosial kepada setiap individu. Sosialisme yang dirumuskan berdasarkan kondisi yang terdapat di Indonesia baik alamnya, adat istiadat, psikologi keyakinan dan kepercayaan rakyat Indonesia. Sosialisme yang mengutamakan dialog dan perdamaian karena tidak mengenal pertentangan kelas. Sosialisme yang lahir dari dari masyarakat agraris yang bukan muncul dari puing kapitalisme. Sosialisme yang menentang diktator namun tetap mengutamakan permusyawaratan. Sosialisme ala Indonesia bisa disebut sebagai sosialisme yang dirumuskan berdasarkan falsafat pancasila.

Dengan sistem sosialisme ala Indonesia tersebut lah yang diharapkan terbuka kesempatan kerja bagi setiap orang dan mencapai tingkat hidup yang lebih tinggi. Kemudian  mengakibatkan kemakmuran yang merata yang diperoleh dengan cara demokratis sehingga mewujudkan cita-cita tertinggi dari sosialisme ala Indonesia, yaitu tercapainya masyarakat adil dan makmur dibawah ridho Tuhan yang Maha Esa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun