Aku dengar, dalam mobil penculikan itu, kau bukan hanya menolak memberi dokumen. Kau dengan berani menatap tajam kepada tentara Belanda yang mengacungkan moncong senjata ke wajahmu.Â
Sikapmu itu tidak hanya membuat mereka putus aja. Tapi lebih dari itu, mereka marah dan hilang kesabaran sehingga moncong senjata itu mengeluarkan amunisi. Darah mengalir dari tubuhmu di saat perundingan Roem-Royen ditandatangani. Â
Maafkan aku tak segera mengunjungimu. Aku sengaja datang tepat setahun setelah kau meninggal. Kuharap, kedatanganku ini tak ada yang mengetahui.
Sebentar lagi malam tiba. Aku akan segera meninggalkanmu. Aku harap saat ini kau bahagia berdampingan dengan istrimu kembali. Aku tidak tahu apakah ini kunjungan pertama dan terakhirku.
Sebelum ajal menjemputku, aku ingin sekali bertemu dengan putri semata wayang yang sekarang ini masih kecil saat kau dan Ross meninggalkannya. Saat aku bisa menjumpainya, aku ingin menyampaikan kepadanya kalau aku pernah menjadi sahabatmu.
Catatan: Tulisan ini pertama kali tayang hari Jum'at, 15 Januari 2021 di www.faisholadib.id