Mohon tunggu...
Fais Fikrotul zahiroh
Fais Fikrotul zahiroh Mohon Tunggu... Administrasi - College student of International class program of State Islamic University Maulana Malik Ibrahim Malang

Seorang penulis amatir yang masih belajar dan akan terus belajar. NIM : 17130096

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Yang Harusnya Didapatkan Anak-anak di Jalur Gaza

13 Mei 2019   18:22 Diperbarui: 13 Mei 2019   21:21 94
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
credit : suarapalestina.com

Anak-anak Palestina yang dibunuh oleh Israel selama bertahun-tahun---termasuk tahun lalu---telah dilupakan oleh dunia. Menurut laporan, setidaknya 56 orang anak terbunuh oleh Israel pada tahun 2018. Di Gaza, 49 anak-anak dibunuh oleh Israel dalam kegiatan yang berkaitan dengan protes Great March of Return. Amunisi langsung digunakan oleh Israel dalam 73 persen dari kematian yang didokumentasikan oleh DCIP, yang juga mencatat "140 kasus anak-anak Palestina yang ditahan oleh pasukan Palestina."

Beberapa pekan lalu, seorang remaja Palestina ditembak oleh tentara Israel dan terluka parah ketika ia berusaha melarikan diri dari upaya penahanan mereka, terlepas dari kenyataan bahwa ia sudah diborgol dan dipasangi penutup mata. Osama Hajahjeh termasuk di antara sekelompok pemuda Palestina yang ditangkap karena melemparkan batu ke arah tentara Israel di desa Tepi Barat, Tuqu'.

Awal bulan April 2019, pasukan Israel juga menangkap Zein Idris, bocah lelaki Palestina berusia 9 tahun, di sekolahnya di kota Hebron Tepi Barat dan menahannya di pangkalan militer terdekat selama kurang dari satu jam.

Sebuah klip video yang direkam oleh juru kampanye hak asasi manusia Aref Jaber menunjukkan para tentara Israel di dalam sekolah dasar yang berusaha untuk menangkap Zein Idris dan adik lelakinya Taim yang berusia 7 tahun, ketika kepala sekolah dan para guru berupaya menghentikan penangkapan itu.

Pada satu titik, seorang prajurit mengancam akan mematahkan lengan seorang guru jika dia tidak melepaskan Zein. Zein akhirnya dibawa pergi ke sebuah kendaraan militer dan ditahan di sebuah pangkalan militer terdekat selama kurang dari satu jam, menurut sekolah tersebut.

Osama dan Zein hanyalah dua dari ribuan anak-anak Palestina yang telah ditahan, terluka, atau bahkan dibunuh oleh angkatan bersenjata Israel selama bertahun-tahun karena melemparkan batu. "Menangkap anak-anak di sini menjadi tindakan yang normal," kata Jaber, seorang aktivis hak asasi manusia, kepada CNN.

Tetapi penahanan terhadap anak-anak jauh dari tindakan yang "normal."

"Situasi di lapangan di Wilayah Pendudukan Palestina, dengan lebih dari lima dekade pendudukan militer Israel, adalah krisis hak asasi manusia yang terus-menerus dengan dampak parah pada hak-hak anak, yang menjadi korban pembunuhan di luar hukum, penahanan sewenang-wenang, dan kebijakan hukuman kolektif seperti penghancuran rumah," Saleh Higazi, wakil direktur regional untuk Timur Tengah dan Afrika Utara di Amnesty International, dilansir Vox, Minggu (28/4).

Seperti halnya yang kita ketahui kezionisan israel sudah diambang batas kemanusiaan. Genosida terjadi dimana-mana. Orang-orang tak berdosa banyak yang kehilangan nyawa. Anak-anak tidak dapat menikmati masa mudanya yang penuh dengan permainan dan sekolah.

Sebaliknya, kebahagiaan dan keceriaan yang seharusnya menemani mereka malah digantikan dengan tangis dan kesedihan. "Orang bisa melihat bahwa perilaku anak-anak ini menjadi sangat agresif. Komunikasi antar siswa banyak diwarnai aksi kekerasan. Lambat laun anak-anak menjadi agresif satu sama lain. Mereka gampang main tangan, melakukan kekerasan, padahal dulu tidak demikian. Ini dampak dari pengalaman buruk yang mereka peroleh selama perang," kata Omar Mohamed Shalah.

Anak-anak yang malang tersebut membutuhkan terapi guna pulihnya keadaan psikis semula. Hubungan terapeutik adalah proses yang digunakaan untuk penyembuhan tersebut. Northouse (Suryani, 2005 : 15) komunikasi terapeutik adalah kemampuan atau keterampilan perawat (konselor) untuk membantu klien beradaptasi terhadap stres, mengatasi gangguan psikologis, serta belajar bagaimana berhubungan dengan orang lain. 

Stuart dan Laraia (Suryani, 2005 : 15) menyatakan bahwa hubungan terapeutik perawat (konselor) dengan klien merupakan hubungan interpersonal yang saling menguntungkan sehingga perawat (konselor) dan klien memperoleh pengalaman belajar bersama serta memperbaiki pengalaman emosional klien. Kemudian disebutkan pula menurut Hibdon (Suryani, 2005 : 15) menyimpulkan bahwa pendekatan konseling yang memungkinkan klien menemukan siapa dirinya merupakan fokus dari komunikasi terapeutik. Jadi komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang dirancang untuk tujuan terapi.

Dengan perangai yang mampu membuat klien nyaman diharapkan klien akan percaya kepada seorang konselor. Dari situlah klien dapat mulai bercerita dengan tenang penuh percaya diri sedang seorang terapis dapat mendengarkan dibarengi dengan sikap empati. konselor menyampaikan informasi , menerima klien, mengarahkan emosi dan perilakuklien melalui pesan-pesan verbal dan nonverbal yang dapat mengekspresikan perasaan dan pikiran klien.

Sorce:

Gerald Corey, Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi (Bandung: PT Rafika Aditama, 2013).

Zulfan Saam, Psikologi Konseling (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2013).

https://www.middleeastmonitor.com/20190103-the-palestinian-children-killed-by-israel-in-2018-have-been-forgotten-by-the-world/

https://www.matamatapolitik.com/news-penahanan-dan-siksaan-israel-atas-anak-anak-palestina-pelempar-batu/

https://www.dw.com/id/anak-anak-di-jalur-gaza-derita-trauma-perang/a-4290975

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun