Mohon tunggu...
faisal fahmi mrp
faisal fahmi mrp Mohon Tunggu... Relawan - Pemula bersahaja

Searching.......

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Seperti Mengaitkan Benang di Mata Kail

1 Mei 2017   02:15 Diperbarui: 1 Mei 2017   03:52 762
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

 

Seperti mengaitkan benang dimata kail

 

Kita sudah tau bahwa kita sudah tidak mempunyai benang pancing, namun kita masih tetap mau mancing dengan menggunakan benang pakaian, yang seandainya bisa, dan dapat ikan pun, maka ikannya akan terlepas karena benang tersebut putus seakan tak tahan terhadap beban. Nah hal ini merupakan sebuah pelajaran berharga untuk kita semua, jika mempunyai keinginan yang kuat jangan terlalu dipaksakan untuk mendapatkan hasil yang maksimal, kita bahkan akan kehilangan apa yang menjadi tujuan kita.

Sebagai manusia, kita meski banyak belajar dari peristiwa sehari-hari yang bisa kita petik pelajaran daripadanya, kita diberi anugrah hidup dibumi untuk belajar, oleh karena itulah mengapa manusia diberi otak oleh sang pencipta, tidak lain tidak bukan agar mereka mempunyai arah tujuan hidup yang lebih baik, walaupun diantara kita ada juga yang masih menggunakan pola fikir primitifnya, dengan memainkan peran dalam menghadapi persoalan memakai cara lama yang tidak efektif.

Seperti halnya memancing ikan, kita meski memikirkan ide untuk mengelabui sang ikan agar dia mau menyantap umpan dari kail yang kita lemparkan ke sungai, namun jika sesampai disungai bahkan kita lupa membawa benang pancing eh malah membawa benang pakaian, alhasil kita masih berusaha menggunakan benang pakaian untuk mendapatkan ikan, dan hasilnya tidak akan maksimal, bukan malah menghilangkan setres dengan memancing, malah menambah stress ketika memancing.

Manusia memang meiliki naluri untuk mendapatkan apa yang dia inginkan dengan cara apapun, namun bukan berarti kita harus memanfaatkan yang tidak bermanfaat yang bisa merugikan kita sendiri, kita mestinya memikirkan hal yang lebih pantas untuk mendapatkan hasil maksimal, berbagai upaya kita lakukan akan berbuah manis jika hal pertama dalam melangkah kita perhatikan, kita sering lupa karena keburu nafsu yang tidak bisa kita cegah, kita hanya memikirkan tujuan akhir yang membuat kita merasa puas dengan apa yang kita hasilkan.

Benang pancing sudah didesain untuk tahan terhadap beban yang berat dan tahan terhadap sentakan jika ikan menariknya, tetapi jika kita mengalih fungsikannya maka kemampuannya pasti akan berbeda dengan fungsi awalnya. Kita harus memiliki dorongan untuk mengubah cara pandang dan kita memilih objek yang kita ganti perannya dengan teliti, boleh kita mengganti fungsi benang pancing dengan benang pakaian tapi kita tidak bisa mendapat ikan yang maksimal pula.

Kembali lagi ke awal kita secara naluri berfikir, tujuan kita mengganti peran benang tersebut untuk apa? Apa bisa mendapatkan hasil serupa? Inilah yang menjadi pertimbangan yang begitu besar buat kita dalam menangangani masalah sehari-hari lainnya yang lebih kompleks, manusia memiliki ide yang sangat cemerlang dan sangat terampil dalam mengganti susunan fungsi tali pancing tersebut, manusia dibekali waktu yang panjang agar mereka mampu menyelesaikan masalah mereka dengan cara terbaik dengan hasil yang lebih baik lagi, tidak ada salahnya bagi kita mencari alternative lain dan menguji coba cara lama yang masih efektifkah cara tersebut digunakan saat ini?

Inilah zaman kita, dimana kita selalu berfikir dengan cepat, dan dituntut untuk akurat dalam melakukan hal yang kita hadapi, tetapi adakalanya sesuatu yang kita kerjakan menemui hambatan yang tidak bisa kita selesaikan dengan maksimal karena halangan tertentu, disinilah kita dituntut untuk berbenah.

Kita sebagai manusia hanya mampu mencari cara agar apa yang kita lakukan tidak kehilangan peran utamanya, namun kecermatan kita diuji untuk menghalau itu semua menjadi sesuatu yang lebih baik lagi, jadilah manusia tangguh dan berani mengambil langkah baru dan terus berinovasi, Salam.

Demikian,
Medan, 30 april 2017

Faisal Fahmi Marpaung

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun