Mohon tunggu...
faisal fahmi mrp
faisal fahmi mrp Mohon Tunggu... Relawan - Pemula bersahaja

Searching.......

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Seniman yang Berfilsafat Tukang

16 Juli 2017   09:54 Diperbarui: 16 Juli 2017   10:11 187
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Seniman dan tukang seni yang berfilsafat musik

Secara luas kita menyamakan kasus antara seniman dan tukang seni, ini adalah prilaku profesi yang berbeda antara satu dan yang lainnya, walaupun yang dijalankan mereka sama, terlebih mereka sama sama seorang yang memainkan peran pada aspek seni musik. Seniman merupakan seseorang yang berkecimpung pada dunia seni yang dianutnya, mengapa ada kata anut? Merujuk pada keseluruhan bahasa anut adalah pemegang kepercayaan, dengann kata lain mereka percaya akan seni mereka.

Seniman sangat dituntut untuk mampu memainkan karya seni dan menciptakan karya seni music baru, seorang seniman mampu menciptakan berbagai macam bentuk seni yang dianggapnya mampu untuk menunjukkan diri sebagai hasil seni yang baru lahir. Seniman berlomba-lomba menampilkan dan melahirkan karya seni mereka dengan komposisi yang berbeda antara satu dan yang lainnya, walaupun sebagian dari kita sebagai pendengar menganggap bahwa ada karya seni music tiruan, menurut saya tidak semua karya seni bulat bulat ditiru oleh seorang komponis, ada aspek-aspek yang mereka bedakan,

Antaralain : aspek durasi, nada dasar, dan pengolahan suara yang dihasilkan pada karya music.

Seorang seniman akan berusaha bahwa karya yang dilahirkannya didengar dan dianggap baik, walaupun penilaian pendengar berbeda dengan yang lainnya.

Seniman mengupayakan bahwa karya mereka yang paling benar adalah seniman yang kurang belajar, mengapa saya katakana demikian?, seorang seniman akan melalui tahap kesombongan akan dirinya yang dianggap pintardan hebat, tahap kedua dia akan merasakan dia meski belajar lagi karena haus akan ilmu seni, dan tahap ketiga dia akan merasa dirinya tidak ada apa apanya ketimbang seniman lain.

Hal ini yang harus kita fikirkan sebagai hasil akhirnya, karena seorang seniman tidak dituntut selalu 'benar'.

Dalam buku filsafat seni: jakob sumardjo, dikatakan:

"kebenaran bukanlah sesuatu yang ada dalam kesadaran kita sejak lahir. Kesadaran terhadap kebenaran harus dicari oleh setiap manusia. Manusia yang memiliki tanggung jawab hidupnya dan hidup orang lain tentu memerlukan kebenaran. Kebenaran terus dicari sampai seseorang menyatakkan setuju terhadap apa yang ditemukannya"

Disini kita bisa mengambil kesimpulan , bahwa seorang seniman tidak dapat disalahkan atau dibenarkan karena karya seni yang dilahirkan mungkin bersinggungan dengan kita, karena karya seni lahir dari buah fikiran, nukan dari hasil karang karangan belaka, kita tidak dapat mengukur batas kreatifitas seseorang dengan tolak ukur kita sendiri.

Oleh karena itu, mengapa seniman tidak pernah puas dengan karya yang dihasilkan, dan ingin terus berkarya. Seniman sejati adalah seseorang yang produktif dengan karya seni yang dilahirkannya.

Jadilah seniman yang apa adanya dan terus meningkatkan kualitas seni.

Kisaran, 15 juli 2017

Faisal Fahmi Marpaung

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun