Mohon tunggu...
faisal fahmi mrp
faisal fahmi mrp Mohon Tunggu... Relawan - Pemula bersahaja

Searching.......

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Pura-pura, Itulah Kenyataannya

24 April 2017   13:37 Diperbarui: 24 April 2017   23:00 917
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Dok: pulsk "][/caption]

Pura-pura lupa, atau tidak tahu membalas terima kasih, itulah kita

Belakangan ini mulai tumbuh kebiasaan baru , seringkali diantara kita mengeluh karena masalah yang cukup sepele, contohnya saja, teman yang datang untuk meminjam pena kepada kita, berhubung ada ujian saat berada di kampus. Sebagai bentuk respon baik kepada teman, kita dengan sigapnya memberikan pena tersebut kepadanya, dengan alasan membantu teman untuk belajar. Nahh, hal ini justru dimanfaatkan oleh teman dikampus untuk membuat ajang pura-pura lupa untuk tidak mengembalikan pena tersebut kepada kita, kan lumayan. Fikirnya.

Berapa sih harga sebuah pena?, alat tulis satu ini saya kira murah dan tidak begitu mahal, harganya pun cupup terjangkau untuk ukuran kantong mahasiswa, tapi sebagian mahasiswa, dihinggapi penyakit khilaf untuk mengembalikannya, dan yang lebih uniknya lagi, kalau diingatkan pun dia pasti mengatakan “ maaf bro lupa ngembalikannya” , nahh, saya berpikir, ini memang betul lupa atau mau ngakalin teman?. Sebaiknya hal ini kita hindari jika kita berada diposisi sebagai peminjam, ini tidak baik sebagai pengaruh buruk karakter kita.

Masih banyak lagi Peristiwa yang lebih unik sering kita hadapi diluar sana, bahkan ada yang rela sampai lupa mengembalikan sepeda motor temannya, wahhhhh, pantas saja banyak acara di media bertemakan “Menolak lupa” karena memang bahaya sekali memelihara penyakit lupa ini, makin banyaknya orang yang melakukan kejahatan baru ini dengan motif yang berbeda-beda.

Pura-pura lupa memang bisa dikatakan sesuatu yang wajar, semua orang pastinya akan mengalami hal tersebut, tapi!, apa mungkin selamanya kita lupa? Ini yang membuat kita mulai didatangi penyakit amnesia baru dan mulai menjadi penyakit akut yang menggerogoti karakter kita, jangan biarkan penyakit ini bersarang dan berkembang di tubuh kita. bisa saja kita pura-pura lupa saat itu, namun, setelah beberapa saat kita meminjam barang teman, pastilah kita akan teringat untuk mengembalikan barang milik orang lain, walaupun kita ingat barang yang dipinjam adalah milik teman sendiri, kita sering berfikir “ah nanti-nanti aja dikembalikan”, ini membuat otak bekerja untuk mempersiapkan sekelumit alasan yang kita anggap bisa dimaklumi oleh teman kita.

Kita sering menggunakan waktu polikronik (menganggap waktu itu bisa berputar berkali-kali) , nah, hal ini sangat berpengaruh besar dan pada umumnya dampak dari penggunaan konsep waktu P ini sering kita dapati diberbagai situasi yang cukup membingungkan. Seorang teman akan pura-pura hilang ingatan saat kita tagih masalah hutang, wahh kalau untuk urusan utang-piutang, saya menyarankan sebaiknya kita menggunakan bukti yang sah, dengan menyertakan hitam diatas putih sebagai bukti yang sah, bahkan bila perlu menggunakan materai 6000, karena jika kita ceroboh dengan kondisi ini, penyakit amnesia teman kita akan naik “stadiumnya”, kitapun akan mengalami kerugian di sector anggaran pribadi, heheheh.Intinya jangan sungkan untuk membuat bukti yang sah, walaupun dengan orang yang dipercaya.

Jangan pernah bosan mengingatkan teman untuk mengembalikan barang yang pernah dipinjamnya, karena jika tidak diingatkan, penyakit baru akan muncul, seperti pura-pura khilaf, amnesia akut, dan lari dari peredaran :D . Kita memang cukup rancuh untuk melakukan hal seperti ini, terlebih kita menganggap dia adalah sahabat sejati kita, ini cukup memberi tekanan lebih. kita agak canggung untuk melakukannya dengan dalih takut dia tersinggung, nahhh ini juga akan mendatang kan penyakit baru seperti gangguan pada hati, kalau sudah ada gangguan hati. Barang yang telah kita pinjamkan pun akan pelan-pelan sirna ditelannya.

Sejatinya manusia adalah makhluk yang cukup toleran menanggapi hal ini, namun manusia lain sebagai peminjamlah yang kurang cermat memberikan responnya terhadap apa yang telah kita lakukan dengan alasan “sacral” yaitu dengan mengatakan “maaf yaaa, saya lupa” kepada kita. Cukup menjengkelkan bukan?

Pura-pura lupa membawa kita kepada perilaku yang buruk lainnya, seperti:

1. Sering berbohong

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun