Mohon tunggu...
faisal fahmi mrp
faisal fahmi mrp Mohon Tunggu... Relawan - Pemula bersahaja

Searching.......

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Ilmu Musik dan Musik itu Sendiri

16 Juli 2017   18:34 Diperbarui: 16 Juli 2017   19:21 541
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Filsafat Ilmu musik dan music

Nah pada tulisan saya sebelumnya yang masih berkaitan dengan music, kali ini saya akan membahas beberapa masalah penting yang dianggap sebagai pekerjaan rumah untuk kita semua, terkhusus bagi saya, dimana ada kesalahan penulis sebelumnya saya mohon dimaafkan.

Sekarang saya akan membahas beberapa pokok penting bagi seorang musisi dalam menggunakan ilmu ataupun pengetahuannya dalam bermusik untuk melahirkan karya musik itu sendiri, seorang musisi yang baik haruslah memegang ilmu dalam dirinya yang juga harus berkaitan dengan aspek yang digelutinya baik secara mikro bahkan makro musik yang mencakup keleluasaan dalam melahirkan karya musik, dalam kasus ini akan dibahas ilmu musisi yang lahir dan besar dari otodidak dan bagi musisi yang mengenyam pendidikan musik.

Ilmu seni musik jangan disama ratakan dengan yang namanya musik itu sendri, ilmu seni musik mencakup aspek pemahaman yang logis, diperoleh dari pendidikan yang ditempuh seorang musisi tersebut, ilmu seni juga menggambarkan karya yang lahir dari seorang musisi tersebut, sebagai contoh musik pada zaman classic dikala itu meninggalkan bukti tertulis dalam bahasa musik yaitu notasi, nah jika diindonesia , fenomena tersebut sulit ditemukan pada musik daerah bahkan mustahil kita dapat memainkan musik tradisional seperti dahulu, yang membedakannya adalah pengetahuan musisi daerah  dahulu kala belum sampai pada tahap penulisan karya musik untuk dimainkan dengan nada yang sama 80% menyerupai aslinya,musisi tradisional Indonesia cendrung melahirkan karya seni yang tidak meninggalkan jejak sama sekali, ini diakibatkan bahasa musik yang tidak dituliskan untuk dimainkan kembali oleh anak cucunya nanti.

Ilmu musik perlu ditempuh dengan waktu dan pengalaman yang tidak sedikit,bahkan musisi besar yang berasal dari benua eropa tidak segan untuk belajar tentang musik sampai ke benua lainnya demi mendapat pemahaman dan pengetahuan yang luas, dinegara kita sendiri, musik seringkali dimainkan dengan menggunakan metode mendengar, maksudnya adalah mendengar musik dahulu, baru memainkan dan mengulangnya kembali, nah kalau di benua eropa , musisi cendrung membaca notasi balok untuk memainkan karya musik orang lain, agar musik yang pertama diciptakan utuh dan tidak ada kekurangan sedikitpun, jika karya tersebut dimainkan oleh pemain musik lainnya, ilmu musik bukan hanya sekedar pemahaman baca tulis bahasa musik, namun punya nilai lebih ketika caprice no 1 karya pemain biola nicollo Paganini dimainkan kembali oleh orang yang berbeda, dimasa dahulu mereka meninggalkan bahasa musik sebagai peninggalan sejarah mereka , gunanya tidak lepas dari apa yang terdengar dahulu, masih sama ketika didengar pada saat ini dan seterusnya.

Orang bisa saja ahli dalam bermusik, dan mampu menunjukkan karya musik dengan baik tanpa kekurangan bagi kita, namun, kalau ditanya mengapa karya musik yang dia mainkan terdengar indah dan yang lainnya tidak terdengar indah, belum tentu dia mampu menjawab hal tersebut, padahal pilihan musik yang dia anut bisa digolongkan pilihan musik yang baik,  ini dikarenakan ilmu seni musik yang kurang dipahaminya sama sekali, orang jenis ini memang pemain dan penikmat musik dan dia juga mampu menilai musik berdasarkan pengalamannya sebagai seorang musisi yang berkesenian dan bergaul dengan musisi lain.

Seorang musisi yang lahir dari musik akademis sesungguhnya dapat memilih karya musik yang baik sekaligus mempertanggung jawabkan mengapa karya musik tersebut digolongkan sebagai musik yang bagus. Jika seorang cinta dengan musik namun tidak paham sama sekali musik itu, maka dia digolongkan sebagai orang yang kurang setia, hanya mau mendengar musik, tidak mau menggali ilmu musik itu sendiri, ini merupakan cikal bakal lahirnya musisi yang hanya bisa main, namun tidak bisa menjelaskan sama sekali, bahkan menyumbangkan ilmu musiknya , dia hanya bisa menyumbangkan suara yang dihasilkan dari instrument saja.

Nah itu kalau ilmunya, sekarang musik itu sendiri berhubungan dengan penghayatan dan kenikmatan, beda dengan ilmunya yang harus dipahami bukan hanya dinikmati saja, seorang musisi yang baik mampu memberikan alasan yang tepat terhadap pilihannya, musik Paganini merupakan musik yang tidak biasa, terlepas dari pengaruh cerita gaya hidupnya, namun seorang composer musik sekelas Paganini mampu melahirkan karya musik yang membawa pendengar pada fantasi yang membingungkan karena kemampuan mengolah nada tersebut dia diakui dunia, begitu juga dengan komponis lainnya yang juga tidak kalah hebatnya seperti Mozart, Beethoven, johan Sebastian bach, coplin.

Dalam pengalaman musik di Indonesia, secara garis besar dapat disimpulkan bahwasanya lebih banyak penikmat musik yang kurang paham dengan musik itu sendiri, beda dengan pencinta musik yang paham dengan musik baik luar dan dalam, sudah menjadi tanggung jawab kritikus musik untuk pemahaman dan penghayatan yang dikembalikan kepada sejarah tentang pemahaman musik kita sendiri, inilah acuan bajak membajak karya musik semakin besar, karena tidak ada pengertian yang dilandasi dengan ilmu yang baik dalam diri penikmat musik diindonesia, apa yang dapat kita salahkan, sistem pendidikannya kah?

Orang Indonesia adalah orang yang pertama menjadi penikmat musik dunia daripada mempelajari musik itu sendiri baik musik tradisi dan modern, orang Indonesia sering dijadikan objek penelitian musik bagi orang luar dan tidak sedikit yang menjadi eksperimen musik mereka, kita seharusnya menjadi tenaga ahli musik itu sendiri dalam tubuh musik tradisi kita, bukannya Negara lain yang menjadi ahli terhadap musik kita sendiri, sebagai contoh musisi dangdut Indonesia mendapat penghargaan sekelas professor di amerika ketimbang Negara kita yang kurang menghargai musik kita. Apa yang salah pada musik kita? Cendrung dengan musik luarkah? Nyatanya orang luar bahkan senang mendengar musik kita.

Ilmu musik dinegara kita belum berkembang pesat, banyak yang lebih mementingkan les di lembaga musik untuk mempelajari musik jazz yang katanya berkelas, namun nyatanya musik tradisi Indonesia juga ada yang ditampilkan ditempat berkelas, bahkan bukan hanya untuk dinikmati, tetapi bahkan untuk dipelajari , bahkan di universitas berkelas di amerika serikat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun