Mohon tunggu...
faisal fahmi mrp
faisal fahmi mrp Mohon Tunggu... Relawan - Pemula bersahaja

Searching.......

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Masa Akhir Lajang

26 Mei 2018   01:11 Diperbarui: 26 Mei 2018   01:27 444
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Lepas sudah masa lajangmu kawan, dulu kita ber-empat, dan sekarang sisanya tinggal tiga pemuda lajang lagi.

Menghabiskan waktu sendiri memang merupakan hal yang sangat menyenangkan. Terlebih bisa mengatur sendiri kemana kaki ini dibawa pergi. Tidak ada seorangpun yang berani melarang keras, kecuali orangtua yang masih bertanggung jawab atas perilaku anaknya.

Disaat usia sudah menginjak umur 24, dimana kematangan cara berfikir sudah semakin dewasa, Disaat itulah sudah saatnya mengakhiri masa lajang dengan menikah, namun dengan tanggung jawab yang besar juga hal yang demikian bisa dapat dilakukan. Karena tidak semata memikirkan diri sendiri, melainkan sudah wajib hukumnya memikirkan satu nyawa lagi, yaitu istri.

Berkawan tentu berbeda dengan beristri. Jika sudah beristri, artinya sudah harus berani melindungi, saling menyayangi, mengasihi, bertanggung jawab atas sandang dan pangan keluarga. Sedangkan berteman, itu hanya sebatas saling menuangkan kebersamaan semata tidak ada hal yang lebih spesifik didalamnya mengenai rahasia rahasia diri kita dan keluarga. Bahkan jika buah hati yang dinanti telah menunjukkan tanda akan kehadirannya. Maka, disitulah hati semakin siap untuk menyambut dengan suka cita dan tanggung jawab yang besar pula.

Menghabiskan masa lajang sudah menjadi mimpi setiap kaula muda. Namun, sampai kapan masa bujang itu tetap kita sandang. Status bujang harus kita buang jika sudah mampu menghasilkan uang untuk kehidupan keluarga yang panjang.

Kelak manusia akan memilih hidupnya, menikah atau tidak, itu pilihan. Namun, ada saja manusia-manusia yang memilih untuk tidak menikah. Ini merupakan perilaku yang tidak perlu kita campuri. Itu pilihan semata.

Didalam satu keutuhan keluarga, seorang ayah harus merelakan anak-anaknya untuk dipersunting orang lain, seorang ibu harus meng-ikhlaskan anaknya dilamar kekasih pilihan anaknya. Ini merupakan peristiwa yang secara terus-menerus akan berkelanjutan sampai ke anak cucu. Seorang anak akan segera keluar dari rumah ayah ibunya dan mencari kehidupan yang baru dan memilih jalan hidupnya sendiri. Begitulah proses diri mencari jati diri, berani berbuat dan bertanggung jawab kepada diri sendiri, orang lain , bahkan keluarga.

Masa lajang memang masa yang panjang, dimana sibujang harus menikah dengan orang lain. Kiasan ini semata mengajarkan bahwa manusia harus bergerak maju mengikuti fikirannya. Berkeluarga adalah salah satu upaya untuk bergerak maju. Membawa sendiri dirinya untuk mencari tempat untuk melabuhkan hati dan menambatkannya di dermaga penantian setelah jauh lamannya mengarungi derasnya gelombang. Pernikahan bukan hal yang sepele, pernikahan berhujung dengan kebahagiaan namun banyak menuai tantangan. Bagi siapa saja yang sanggup, maka dia akan selamat sampai maut memisahkan, namun jika tidak pandai meniti buih, maka alamat badan tak sampai keseberang.

Seorang gadis pada usia 24 tahun, biasanya sudah memikirkan untuk mulai menikah. Biasanya tingkat kematangan berfikir untuk menjadi seorang ibu, sudah pantas. Pada usia ini, wanita cendrung sudah ingin menjadi seorang ibu. Ini berlaku pada kebanyakan orang, dimana tingkat kesuburannya sudah bisa dikatakan baik.

Wanita pada usia 24 tahun memiliki rasa yang sangat tinggi terlebih rasa untuk menyayangi. Namun ini hanyalah sebuah pendapat orang terdahulu saja. Nyatanya , masih banyak wanita yang belum menikah pada usia 30 tahun dan masih bisa dikategorikan subur-subur saja.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun