Mohon tunggu...
faisal fahmi mrp
faisal fahmi mrp Mohon Tunggu... Relawan - Pemula bersahaja

Searching.......

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Upah-upah

6 September 2017   16:34 Diperbarui: 6 September 2017   16:35 1007
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Keanekaragaman budaya di Indonesia begitu kaya, banyak tradisi dan budaya kearifan lokal yang hingga sekarang ini masih di lestarikan. Antusiasme masyarakat untuk mempertahankan tradisi khususnya di kabupaten asahan sumatera utara tergolong baik, bagaimana tidak, hampir disetiap perayaan pesta pernikahan, acara syukuran, acara khitanan, dan acara yang penuh keberkatan lainnya sering diselenggarakan tradisi upah-upah .

Keberadaan upah-upah selalu menarik perhatian banyak kalangan, terlebih balai sebagai wadah/simbol yang selalu digunakan untuk menganggkat martabat dan sebagai wadah untuk memberikan nasehat bagi orang yang sedang di upah-upah. Di dalam balai selalu di isi dengan makanan pokok pada umumnya, seperti nasi pulut, telur, dan ikannya ayam kampung. Diatas nasi pulut, kemudian ditancapkan bendera yang berwarna cerah sebagai simbol kejayaan keluarga dan simbol semangat.

By. Irwan efendi
By. Irwan efendi
Saat acara upah-upah berlangsung. Balai diangkat mendekat ke ubun-ubun yang akan diupah-upah . Banyak kata nasehat yang diucapkan dari yang memberi upah-upah, biasanya keluarga terdekat yang memberikan nasehat. Upah-upah sendiri berlangsung sangat khidmat. tidak jarang setiap acara upah-upah berlangsung, banyak yang meneteskan air mata.

Salah satu contoh sepasang pengantin yang diupah-upah oleh kedua orang tuanya akan menangis ketika mendengar suara ayah dan ibunya memberikan nasehat didepan balai.  Inilah pesan sakral yang disampaikan oleh orang tua kepada anak, didepan sebuah balai dengan kata lain balai merupakan wadah memberi nasehat dan semangat, tujuannya agar sepasang pengantin mendapat pencerahan, sehingga semangat untuk mengarungi bahtera rumah tangga akan menjadikan mereka keluarga bahagia dunia dan akhirat.

fungsi upah-upah di masyarakat kabupaten asahan tidak semata untuk mempertahankan tradisi saja. Lebih dari itu, masyarakat menggunakan upah-upah sebagai obat setawar sedingin untuk mengembalikan semangat bagi orang yang sedang di upah-upah. Tradisi ini merupakan peninggalan masyarakat melayu di pesisir pantai timur.

Balai sebagai wadah pemersatu kerukunan keluarga agar tidak terpecah belah, terbukti dengan eratnya kekeluargaan yang dibina oleh masyarakat kabupaten asahan. Nilai-nilai yang terkandung pada acara upah-upah terbilang banyak, salah satunya adalah nilai agama yang diperkuat pada acara upah-upah, mulai dari membaca do'a untuk keberkahan keluarga. Menjalin tali silaturrahmi yang erat antar sanak saudara.

Mempertahankan budaya bukan sesuatu yang sulit bagi masyarakat di Indonesia, kita sebagai masyarakat yang bijak seharusnya tetap mempertahankan budaya kita dan kearifan lokal. Arus globalisasi memang terus berkembang, teradisi hampir dikesampingkan. Tugas kita hanya melestarikan dan ini merupakan pekerjaan yang tidak sulit bagi kita, namun dalam beberapa daerah yang sedang dilanda arus modern. Budaya dan teradisi mulai dipinggirkan ke daerah perkampungan, bukankah dikota seharusnya teradisi ini harus selalu di lestarikan agar apresiasi masyarakat semakin tinggi. Kita Indonesia dan kebarat-baratan. Biarkan budaya luar masuk dengan menyaring bagian baiknya saja.

Faisal Fahmi marpaung

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun