Mohon tunggu...
Fais Yonas Boa
Fais Yonas Boa Mohon Tunggu... Penulis - Penulis dan Peneliti

Aksara, Kopi dan kepolosan Semesta

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Radikalisme, Agama, dan Kewarasan Nalar

20 September 2022   09:54 Diperbarui: 20 September 2022   10:10 327
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Atau tindakan brutal yang paling halus (setidaknya versi mereka) dan sering kita perhatikan dari kaum radikalis adalah melakukan sweeping terhadap umat agama lain, melarang pendirian tempat ibadah agama lain, melakukan penyerangan terhadap kelompok masyarakat yang berpikiran terbuka, dll.

Kemudian kita akan bertanya-tanya mengapa sampai agama dan radikalisme di negeri kita hampir tidak dapat dipisahkan? Atau mengapa agama selalu menjadi semacam alat untuk membentuk pribadi-pribadi yang radikalis? Jawabannya sangat sederhana yakni karena melalui agamalah para pemimpin agama radikalis dapat dengan mudah dan gratis mengajarkan radikalisme. Sebaliknya, melalui agamalah orang-orang (umat) mendapatkan ajaran-ajaran radikalisme.

Inilah hubungan yang paling gampang dilihat secara kasat mata prihal agama dan radikalisme di Indonesia. Kemudian, pertanyaan lanjutannya adalah mengapa umat dengan sangat mudah terpengaruh dan bahkan menerima dengan penuh syukur ajaran radikalisme dari para pemimpin agama radikal? Nah...itulah yang akan diulas di bawah ini.

Menurut saya, alasan mengapa agama selalu mudah disusupi ajaran radikal adalah karena sebagian besar orang beragama di Indonesia yang beragama tanpa akal sehat, tanpa kewarasan nalar. Tepat sekali apa yang dikatakan Ibnu Rusyd (1126-1198), "jika Anda ingin mengendalikan orang-orang bodoh, maka sampaikanlah kebohongan yang berbau agama". Akibat dari nalar yang tidak waras atau orang-orang bodoh kata Ibnu Rusyd itulah yang kemudian membuat orang berbondong-bondong mengikuti dan mengamini ajaran sesat dari para pemuka agama radikal.

*Bagaimana tidak diikuti dan diamini ya, orang acara-acara penyebaran radikalisme tersebut selalu dilabeli “acara keagamaan” seperti kegiatan pengajian, ceramah dll. Belum lagi kalau pemuka agama yang memimpin kegiatan “pengajian” sudah terkenal*

Oleh karena banyak umat yang tidak waras nalar maka tentu saja ajaran dari para pemuka agama radikal akan dengan mudah menghinggapi bahkan langsung merasuk pikiran, nurani dan sum-sum mereka. Ditambah lagi, kalau dalam cermahnya si penceramah agama menawarkan surga dan bidadari; pasti langung masuk pikiran dan nurani umat. Memang tidak mudah untuk menyalahkan umat yang tidak waras nalar, tetapi tidak mungkin dibenarkan juga. Bukankah setiap umat yang notabene semuanya manusia dianugerahi nalar oleh sang Pencipta?

Saya hendak menegaskan satu hal bagi setiap kita yang beragama ataupun beriman bahwa dalam hal beragama dan beriman, nalarlah yang meneguhkan kebenaran atas agama dan iman kita. Jika memang kita beragama dan beriman sesuai ajaran agama maka sudah sebaiknya jangan meninggalkan nalar di alam mimpi; jangan pernah berpikir nalar sebagai ancaman dalam kita beriman. Tanpa nalar, kita akan sangat gampang menjadi kebau dicocok hidung.

Begitu pula dalam kaitannya dengan radikalisme. Orang-orang radikalis adalah orang-orang berjenis kerbau dicocok hidung karena menerima dan mengikuti ajaran dari pemuka agama radikal dengan tanpa pikir panjang. Langsung gas gthu aja mblo *hahaha* Atas dasar inilah saya memiliki pendapat bahwa kelompok radikalis atau orang-orang yang tersangkut radikalisme adalah kumpulan orang tidak waras nalar yang mengimpikan sesuatu yang tidak akan bakal terjadi (bukankah menerapkan syariat Islam secara murni di Indonesia hanyalah mimpi liar? Bukankah kehendak Indonesia menjadi negara agama itu mimpi di siang bolong?).

Kaum radikal tidak lain sebagai gerombolan manusia yang beragama tanpa mampu berpikir secara logis layaknya manusia semestinya. Orang-orang seperti ini secara psikologi dapat dianggap sebagai manusia yang terjebak dalam dunia mimpi. Tidak heran dalam keseharian hidupnya di dunia nyata, mereka terus memperjuangkan mimpi yang masih melekat dalam ingatan mereka (karena setiap bangun pagi mereka lupa membasuh wajah dan menggosok gigi*hahaha*)

Penutup

Pada bagian penutup ini, saya hendak menggarisbawahi tiga poin penting yang bertautan dengan topik besar pembahasan_radikalisme, agama dan kewarasan nalar, yakni: pertama, radikalisme harus diakui sebagai penyakit kanker dalam peradaban beragama. Yang namanya kanker ya, pasti harus dihindari dan kalau sudah terjangkit harus dimusnahkan sampai ke akar-akarnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun