Mohon tunggu...
Fairuz Izzah
Fairuz Izzah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Fairuz Nurul Izzah. Lahir tahun 2000. Berdomisili di Jakarta.

Kuliah di Universitas Terbuka jurursan Sastra Inggris Bidang Minat Penerjemahan Pengidap Sindrom Asperger Sudah menulis 5 buku

Selanjutnya

Tutup

Film

Dancing in the Rain: Menari di Hujan

24 Oktober 2018   14:36 Diperbarui: 25 Oktober 2018   09:12 1043
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

                                                                   Poster Film Dancing in the Rain

Setiap orang mempunyai kekurangan, dan tidak ada orang yang sempurna.  Karenanya kita tidak boleh mencela seseorang karena kekurangannya, namun sebaliknya membantu agar orang itu tidak tersisihkan. Persahabatan yang tulus juga tidak memandang kekurangan teman, namun lebih didasarkan pada rasa kasih sayang dan perhatian.  Hal-hal tersebut sangat penting untuk kita pelajari, dan hal-hal itulah yang merupakan pesan moral  di film Dancing in the Rain. Film ini saya tonton bersama dengan sahabat saya, Dita, yang juga merupakan penyandang autisme seperti saya. Kami berdua sudah berteman sejak lama, dan sangat menganggap penting persahabatan kami.

fai-n-dita-di-asean-autism-games-5bd01edf12ae940e1e551342.jpg
fai-n-dita-di-asean-autism-games-5bd01edf12ae940e1e551342.jpg
                                              Saya (disebelah kanan) dan Dita (disebelah kiri)                               

Film Dancing in the Rain ini bercerita mengenai Banyu yang dibesarkan oleh neneknya karena kedua orang tuanya tidak mau mengurusnya. Karena perilakunya yang dianggap "aneh" oleh gurunya, Banyu diminta untuk diperiksakan ke psikolog, dan hasilnya Banyu didiagnosa memiliki spektrum autis. Karena itulah, Banyu sering dirundung oleh teman-temannya. 

Namun, di tengah-tengah penindasan itu, Banyu diselamatkan oleh Radin. Sejak itu, Banyu mulai memiliki teman yang dapat menerimanya. Namun tak hanya Radin, Banyu juga memiliki teman yang bernama Kinara. Mereka bertiga pun berteman dari anak-anak sampai dewasa. Banyak hal menyenangkan yang mereka alami bersama, salah satunya menari di hujan karena Banyu sangat menyukai hujan (tidak dijelaskan di film ini kenapa demikian). Karena itulah film ini bernama Dancing in the Rain. Namun, ditengah pertemanan itu, Banyu, Radin, dan Kinara harus menerima cobaan, mulai dari ketidaksukaan Ibunya Radin terhadap Banyu sampai kejadian-kejadian tragis yang mengguncang perasaan para penonton.

Keprihatinan saya setelah menonton film ini adalah melihat Banyu dibesarkan oleh neneknya, sementara saya dibesarkan oleh kedua orang tua saya. Alhamdullillah mereka menerima saya apa adanya walaupun saya berkebutuhan khusus. Lagipula, penting sekali bagi orang tua untuk membesarkan, menjadi contoh, dan yang paling penting, mereka harus memahami kelebihan dan kekurangan yang dimiliki anak mereka. Hal inilah yang harus dipahami oleh orang tua Banyu, karena mau bagaimana pun, namanya anak tetap anak walaupun dia terlahir berbeda dari anak-anak lain. Anak adalah anugerah untuk orang tua, dan kalau anak itu memiliki perbedaan dari anak-anak lain, orang tua harus melakukan sesuatu supaya anak mereka menjadi anak yang lebih baik.

Setiap anak butuh teman, seperti Banyu yang butuh Radin. Namun, ibunya Radin tidak bisa menerima kenyataan Radin berteman dengan Banyu karena Banyu berkebutuhan khusus. Beliau selalu marah dan bilang kepada Radin untuk berteman dengan anak-anak normal. Tindakan inilah yang termasuk memilih-milih teman. Maka sebagai individu berkebutuhan khusus, saya tidak terima dengan tindakan itu, karena mau bagaimanapun, kita harus menghormati orang yang berbeda dari kita.

Ada hal-hal yang diperlihatkan di film ini bahwa individu autistik seperti Banyu memiliki kelebihan. Ada banyak piala di lemari Banyu (tidak jelas untuk lomba/ kejuaraan apa), adegan Banyu naik busway tanpa ditemani, ikut lomba sains, dan kemampuannya berempati dengan kondisi Radin - sesuatu yang saya sendiri masih mengalami kesulitan. Tidak seperti Dita yang menangis tersedu-sedu di sepanjang separuh film.

Film ini diperuntukkan untuk semua orang karena film ini lebih bercerita mengenai persahabatan. Bahwa bersahabat itu tidak harus memandang kelebihan atau kekurangan orang tersebut, tapi lebih kepada perhatian dan rasa sayang yang ditunjukkan orang itu kepada kita. Saya jadi ingat pepatah, A friend in need is a friend indeed. Bahwa teman sejati adalah teman yang hadir tidak hanya pada saat kita senang, tapi dia akan hadir ketika kita sedih.

                                                                                                                                         ******

Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun