Mohon tunggu...
Faiq Rafif
Faiq Rafif Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Komunikasi Penyiaran Islam UIN Abdurrahman Wahid Pekalongan

Seorang lelaki beruntung kelahiran 23 Desember, sedang menempuh studinya di sebuah universitas ternama di Pekalongan. Gemar berkegiatan luar ruang lalu mendokumentasikannya lewat tulisan dan audio visual.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pentingnya Pendidikan Politik Sedari Dini

30 November 2022   17:20 Diperbarui: 30 November 2022   17:26 139
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Setiap negara kita melakukan pemilihan umum, tak ajrang orang akan memutuskan untuk tidak memilih. Ketika mereka ditanya mengapa tidak ingin memilih, ada sebagian yang beralasan bahwa semua paslon tersebut buruk sepak terjang prestasinya, paslon hanya bermodalkan nama besar dan alaan lainnya. Mereka lupa bahwa suatu suara sangat mahal harganya.

Fenomena munculnya gerakan “golput” sendiri secara langsung menjadi salah satu indikasi menurunnya pengentahuan akan pentingnya sebuah suara. Tentunya hal ini kembali bermuara bahwa banyak dari masyarakat Indonesia yang masing kurang memahami secara mendalam tentang pendidikan politik. Terutama mengenai seberapa penting “harga” dari suatu suara yang merupakan hak politik. Masalah ini tidak bisa dianggap kecil karena jika hal ini dibiarkan dan tidak ditangani maka akan berlawanan dengan salah satu tujuan di era reformasi, yaitu demokrasi yang terbuka secara luas untuk bersuara.

Masalah rendahnya kesadaran politik ini sebenarnya berlawanan arah dengan fakta bahwa negara Indonesia termasuk dalam tiga besar penduduk terbanyak di seluruh dunia. Seharusnya fakta ini bisa menjadi potensi untuk negara ini menjadi salah satu negara demokrasi terbesar di dunia, bahkan seharusnya menjadi negara paling demokrasi nomor satu di dunia

Sumber pendidikan politik sendiri tidak hanya sebatas pada media cetak buku, majalah ataupun surat kabar. Revolusi industri di masa sekarang memudahkan para anak dan remaja untuk mengakses informasi yang berhubungan dengan pendidikan politik dari platform digital. Media sosial menjelma menjadi gerbang dinamis yang terbuka luas untuk semua orang yang ingin mengakses isi konten apapun, dimanapun dan kapanpun. tak terkecuali tentang edukasi pendidikan politik.

Pada dasarnya akses dan konten mengenai pendidikan politik sebenarnya sudah tergolong cukup, terlepas sumber tersebut dalam bentuk cetak maupun digital. Namun tantangan sebenarnya adalah bagaimana cara menumbuhkan kesadaran dan kemauan warga Indonesia terlebih sedari dini dan remaja agar melek tentang pendidikan politik tersebut?

Tidak cukup disitu, peran para agen juga diperlukan dalam hal ini, salah satunya yaitu lingkup keluarga. Sudah menjadi rahasia umum, bahwa lingkup keluarga merupakan lingkungan pertama bagi pendidikan anak. Keluarga seharusnya mengajarkan dan mengajak anak untuk berdiskusi serta memberikan pemahaman kepada mereka sedari dini mungkin. Seperti contohnya  berdiskusi mengenai pemilu dan partai politik yang ikut meramaikan pesta demokrasi rakyat tersebut.

Hal ini bisa diterapkan dengan mengajak anak ke tempat pemilu, tak lupa juga diiming iming dengan memberikan hadiah menarik jika mereka mengikuti pemilu. Pastinya tidak sekedar mengikuti saja, namun berikan cara lain agar tidak meghilangkan esensi dari pemilu dan partai politik. Berikan kuis seputar apa saja partai yang ikut, ada berapa paslon serta nama lengkap masing-masingnya, atau warna dari partai yang mengusung mereka. Berikan hadiah seperti jajan atau jalan-jalan.

Berikan anak bahan bacaan tentang pendidikan politik. Tidak harus dalam bentuk buku yang frontal dan formal berisi politik, pastinya mereka akan bosan jika buku struktur politik dijadikan bacaan sebelum tidur. Anak dan remaja awal akan lebih menyukai edukasi tersebut dibalut dengan bungkus yang menarik. Anak-anak akan lebih suka membaca cerpen, komik ataupun majalah. Remaja tidak jauh dari itu, namun mungkin lebih bisa diajak untuk ke arah buku formal.

Agen keluarga juga harus menunjang dalam penguatan edukasi politik. Ajak para remaja untuk berdiskusi mengenai pola politik yang ada. Tidak perlu terlalu mendetail, contohnya jika sudah ada beberapa pasangan calon dalam tingkat pemilu kabupaten, berdiskusilah dengan mereka siapa yang akan berhasil menjadi bupati. Tanyakan pula kepada mereka apa alasan menjagokan pasangan calon tersebut. 

Biarkan mereka mengutarakan pendapat mereka, namun tak lupa berikan argument kontra agar mereka semakin pintar menganalisa manuver yang terjadi dalam politik. Teruslah ajak mereka diskusi hingga lingkup terteingginya, pesta rakyat demokrasi pilpres setiap empat tahun sekali. Bahkan akan lebih baik diskusi dimulai sebelum suatu partai mengumumkan secra resmi untuk diajukan sebagai capres-wapres, berdiskusilah dengan mereka tentang siapa saja kandidiat terkuat.

Pada akhirnya pendidikan politik pada remaja memiliki pengaruh besar dalam dunia politik secara luas. Termasuk didalamnya sumber literasi dan juga peran lingkungan. Edukasi yang cukup ini bisa menambah tingkat kesadaran partisipasi mereka pada pemilihan umum. Pendidikan politik yang cukup tentu bisa memangkas para “golput”.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun