Mohon tunggu...
Faiq Baihaqi
Faiq Baihaqi Mohon Tunggu... Editor - Mahasiswa

Saya Mahasiswa semester 7 dari Jurusan Akuntansi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Alien dalam Perspektif Sains dan Agama Islam

17 Desember 2019   18:35 Diperbarui: 17 Desember 2019   19:03 653
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dalam buku yang sama, diterangkan bahwa sejumlah pakar astronomi menyatakan, tidak aneh jika terdapat kehidupan di sebagian benda-benda angkasa. "Yang aneh adalah jika di sana tidak ada kehidupan," ujar pakar astronomi.

Badan Antariksa Amerika, NASA mengumumkan, meteroid yang jatuh di Australia pada bulan Mei tahun 2019 yang lalu mengandung zat asam amino. Zat ini merupakan mineral utama pembentuk kehidupan. Dengan demikian, kehidupan lain di luar Bumi adalah mungkin adanya.

Pada tahun 1974, sebuah misi awal berhasil dikirimkan untuk menyelidiki peradaban semesta. Peluncuran misi ini sendiri memakan waktu 3 menit. Misi ini dicanangkan untuk menyediakan informasi-informasi penting mengenai kondisi peradaban dunia dan penduduk-penduduknya.

Misi ini hendaknya mendapat masukan dan saran dari dunia internasional karena pentingnya misi ini bagi seluruh umat manusia, bukan hanya bagi segelintir orang yang bekerja dalam misi tersebut.

Menurut Dr. Akhsin Shakho Muhammad, seorang pakar Ilmu Al-Qur'an jebolan Madinah sekaligus pendiri dan pengasuh Ma`had Darul Qur'an di Arjawinangun, Cirebon mengiyakan bahwa Al-Qur'an mengindikasikan keberadaan makhluk hidup lain di 'langit.'

"Jadi kalau kita lihat teks di Al-Qur'an memang demikian bunyinya. Dabbatun artinya makhluk melata. Artinya dia hidup," kata Akhsin merujuk pada surat As-Syura ayat 29.

Hanya saja, menurut dia, kita belum mengetahui bentuknya hingga saat ini. Terkait hal itu, kata Akhsin, bisa diserahkan pada sejarah serta ilmu pengetahuan dan teknologi. Yang jelas, ia menegaskan, umat Islam harus meyakini bahwa Allah memang menciptakan makhluk hidup di langit yang dalam Al-Qur'an disebut samawati. Arti kata samawati, kata Akhsin, bisa berarti tingkatan-tingkatan langit. Bisa tingkat pertama, tingkat kedua dan seterusnya. Secara umum samawati juga bisa diartikan sebagai bintang-bintang. Bahkan seluruh wilayah yang posisinya di atas bumi bisa disebut samawati.

Menurut Penulis Tafsir Almisbah Quraish Shihab mengiyakan pendapat tersebut. Ia mengatakan, Al-Qur'an biasanya menyinggung makhluk yang tersebar di langit dan di bumi dengan bahasa maa fil samawati wa ma fil ardh. Makhluk-makhluk yang dimaksud tersebut, merunut pengertian kata dia, adalah makhluk-makhluk berakal.

"Hanya saja tidak spesifik disebutkan seperti apa makhluk-makhluk tersebut," kata Quraish Shihab. Menurut dia, sebagian ulama menerjemahkan makhluk-makhluk berakal tersebut sebagai malaikat atau jin.

Pada akhirnya, kata Quraish, semisal nantinya pencarian ilmiah membuktikan bahwa ada organisme-organisme hidup di planet lain, umat Islam sejatinya tak perlu terguncang imannya. Bahkan, melalui isyarat-isyarat dalam Al-Quran, umat Islam bisa ikut membenarkan penemuan-penemuan tersebut.

"Jadi, yang kita dapatkan adalah kepercayaan berganda, dari penelitian ilmiah, dan dari kitab suci," katanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun