Mohon tunggu...
Irfai Moeslim
Irfai Moeslim Mohon Tunggu... Penulis - Author

menulis adalah gaya hidup, menulis untuk mencetak sejarah, dengan menulis kita bisa merubah dunia. Menulislah maka kamu ada | Pemerhati Pendidikan, Sosial, Politik, Keagamaan |

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

"Maapin ye, Aye Khilaf"

30 November 2017   10:00 Diperbarui: 30 November 2017   10:02 510
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Menyeruaknya era digital tak lantas kita semakin cerdas dan semakin bijak dalam bertutur kata. Perhatikan beberapa status atau video yang menjadi viral dikarenakan ulah tangan atau mulut seseorang ketika menulis atau mengatakan sesuatu yang sifatnya bernada negatif dan menghina.

Kalau sudah menjadi viral di media sosial, dan menjadi 'buronan'' yang hendak menggugat akibat ulahnya sendiri, buru-buru dah mengklarifikasi dan meminta maaf kepada yang tersakiti.

Mungkin kalau si penutur kata yang bernada negatif posisinya bukan sedang menjadi pendakwah, sebenarnya tidak menjadi persoalan serius walau pun juga tidak bisa diremehkan, karena hal ini menyangkut akhlak.

Tapi kalau si penutur bernada negatif tadi adalah seorang pendakwah, dan menghujat tradisi apa yang sudah mapan di republik ini yang tentunya tidak bertentangan dengan ajaran agama, lantas mana etikanya sebagai pendakwah? Pantaskah seorang pendakwah, yang menyambung lidah dari para ulama menghina sesama umat seagama, menghina sesama manusia, menghina bangsanya?

Mestinya ajaran Islam yang hendak disampaikan harus disampaikan dengan baik pula. Yang disampaikan harus berimbang kalau memang terjadi perbedaan pendapat. Jangan serang secara serampangan dan membabi buta.

Terkadang juga, kita gregetan melihat fenomena pendakwah yang model begini. Mudah-mudahan masyarakat kita tidak terpancing atas ulah para pendakwah tersebut.

Terus, setelah ucapan hujatan tadi menjadi viral, bersegeralah dia meminta maaf. Ya, mudah-mudahan kata maafnya tersebut adalah tulus dari dalam diri, dan berupaya untuk memperbaiki diri. Wallahua'alam.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun