Mohon tunggu...
Irfai Moeslim
Irfai Moeslim Mohon Tunggu... Penulis - Author

menulis adalah gaya hidup, menulis untuk mencetak sejarah, dengan menulis kita bisa merubah dunia. Menulislah maka kamu ada | Pemerhati Pendidikan, Sosial, Politik, Keagamaan |

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Etos Perjuangan dan Pengabdian Kiai dan Santri bagi Negeri

16 Oktober 2017   13:35 Diperbarui: 16 Oktober 2017   13:54 1921
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: Tribunnews.com

Setelah Indonesia bebas dari penjajah, perjuangan para kiai dan santri tidak berhenti begitu saja. Perjuangan yang sebenarnya adalah mengisi kemerdekaan tersebut dengan hal-hal yang mencerdaskan dan memajukan bangsa. Maka, mengisi kemerdekaan itulah menjadi jihad yang paling berat. 

Sama halnya ketika zaman Rasulullah, ketika berperang melawan orang kafir Quraisy memiliki semangat juang dan visi yang sama, yaitu mendakwahkan Islam dan menyebarkannya. Kemudian setelah Islam tersebar, maka konteks jihad pun bukan lagi bermakna berperang dalam arti kontak fisik, tetapi maknanya meluas. Hingga jihad yang terberat adalah jihad melawan hawa nafsu sendiri. 

Sama hal nya dengan bangsa Indonesia setelah menikmati kemerdekaan. Maka perjuangannya setelah kemerdekaan adalah bukan lagi melawan dan mengusir penjajah, perjuangan sekarang adalah bagaimana mengisi kemerdekaan tersebut. Perjuangan melawan ego sendiri, melawan kemalasan, melawan kemiskinan, dan melawan kebodohan. 

Perjuangan kiai dan santri dalam konteks ke-Indonesiaan adalah menanamkan nilai-nilai Islam di masyarakat, mengajarkan masyarakat bagaimana memiliki pemahaman agama yang benar dan mendalam, memiliki akhlak yang baik sebagai fondasi dalam berinteraksi sesama manusia, tak mudah untuk menyalahkan, tidak saling mengintimidasi, apalagi saling mengkafirkan sesama pemeluk agamanya. Ini lah tantangan terberat perjuangan para kiai dan santri setelah kemerdekaan Indonesia. 

Misi dan visi perjuangan pesantren yang dimiliki para kiai tak hanya terkait soal agama dan keagamaan. Tetapi jauh dari itu para kiai memikirkan kondisi masyarakat disekitarnya. Hal ini berkaitan tentang masalah kemiskinan, kebodohan, dan masalah-masalah sosial lainnya yang berkembang di masyarakat. 

Oleh karena itu, para kiai tidak hanya berbicara soal akidah dan syariat saja, akan tetapi seorang kiai dapat memberdayakan masyarakat sekitarnya dengan baik. Pada satu hal tertentu masyarakat diharuskan memiliki pemahaman agama yang baik, di sisi lain juga masyarakat memiliki kemandirian dalam menghidupi keluarganya, sehingga tidak ada lagi masyarakat Islam yang miskin dan lemah.

Hal ini ditunjukkan oleh kiprah kiai asal Kajen, Pati, yaitu KH. MA. Sahal Mahfudz. Pandangan KH. MA Sahal Mahfudz sangat luas terutama terkait pengembangan fiqih sosial yang dikuasainya. Walau pun banyak tantangan dan kesulitan yang dihadapi, perjuangan beliau dalam mengembangkan fiqih sosial tetap dilakukannya demi memberdayakan potensi masyarakat sekitar. Fiqih sosial yang beliau bicarakan tidak hanya dalam konteks ubudiyah saja, tetapi sangat luas dengan mengambil peran kemasyarakatan. 

Seperti halnya pengentasan masalah kemiskinan, membebaskan masyarakat dari kebodohan, arti penting berhubungan dengan masyarakat yang pluralis, penanganan zakat, dan lainnya. Intinya adalah mengkaji dengan serius yang berhubungan langsung dengan masyarakat. Hal ini menjadi bukti perjuangan seorang kiai dalam konteks mengisi kemerdekaan yang telah diperjuangkan oleh para ulama, santri, dan tokoh bangsa yang lain di masa lalu. 

Tokoh lainnya yang berjuang mengisi kemerdekaan dengan hal yang memajukan bangsa adalah KH. Ahmad Dahlan, pendiri organisasi kemasyarakatan Muhammadiyah. Beliau merupakan teman belajar dan satu guru dengan KH. Hasyim Asy'ari. Corak dakwah KH. Ahmad Dahlan mengedepankan aspek pendidikan dan sosial kemasyarakatan. 

Maka tak heran banyak lembaga pendidikan dan rumah sakit yang dimiliki oleh Muhammadiyah. Hal ini menunjukkan bahwa mengisi kemerdekaan bangsa dengan cara bersikap dan berinteraksi dengan masyarakat sekitar demi memuliakan dan memajukan bangsa dan negara Indonesia.

Hasil perjuangan-perjuangan para ulama dan kiai tidak lah sia-sia. Baik dilihat dari sisi perjuangan melawan penjajah, perjuangan mendidik santri dan masyarakat melalui perannya di pesantren dan dakwahnya di masyarakat. Hal ini ditunjukkan dengan potret masyarakat Indonesia yang memiliki sifat yang luwes dan ramah, memiliki sifat kesahajaan, saling bergotong royong, dan saling menghargai. Efek-efek dari perjuangan itu pun semakin menguat dan menjadi upaya untuk mengisi kemerdekaan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun