Mohon tunggu...
Faikotul Hikmah
Faikotul Hikmah Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa Institut Agama Islam Negeri Jember

Sabar ketika ditempa, dan bersyukur ketika bahagia.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Pentingnya Bimbingan dari Pemuda Akademisi di Era Pandemi Covid-19

13 Agustus 2020   17:59 Diperbarui: 13 Agustus 2020   18:09 147
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Covid-19 mulai melanda Indonesia sejak awal bulan Maret 2020 dengan positifnya dua orang warga negara Indonesia yang tertular dari warga negara Jepang. Berarti saat ini corona sudah menggerogoti Indonesia selama lima bulan. Banyak kebijakan yang telah Pemerintah keluarkan, namun sampai saat ini Covid-19 belum juga ter atasi.

Dilansir dari covid-19.go.id, Pemerintah mengeluarkan anggaran sebesar Rp.405,1 triliun untuk menangani dampak dari pandemi tersebut. Banyak lembaga yang diliburkan oleh Pemerintah. Sekolah, Perguruan tinggi, dan perusahaan BUMN sebagian ditutup. Pemerintah juga menggemakan hastag “stay at home” atau “dirumah aja” untuk masyarakat agar tidak keluar rumah. Selain itu, banyak lagi kebijakan Pemerintah yang sudah tidak berlaku saat ini, ataupun yang masih berlaku hingga saat ini.

Dalam menangani covid-19, Pemerintah seringkali mengalami  kebingungan tentang apa yang harus di utamakan. Kesehatan, atau ekonomi? Namun Pemerintah mencoba untuk mengutamakan keduanya. Presiden Jokowi dodo pernah berkata dalam pidatonya bahwa kita harus berperang melawan corona. Beberapa bulan kemudian, Presiden mengatakan bahwa kita harus berdamai dengan corona. Yakin berdamai dengan corona? Berdamai artinya kita tidak akan mengganggu mereka, dan sebaliknya mereka juga tidak akan mengganggu kita. Dalam kasus ini, apakah corona bisa diajak berdamai untuk tidak mengganggu kita untuk beraktivitas seperti biasanya?

Pada masa pra covid-19 di Indonesia, masyarakat hidup dengan damai. Orang-orang banyak menyepelekan virus tersebut dan sering membuat meme bahwa masyarakat Indonesia kebal terhadap corona. Pemerintah juga seakan-akan menyepelekan covid-19 dengan lambatnya penanganan untuk mencegah virus ini masuk ke Indonesia. Sehingga, ketika corona mulai masuk ke Indonesia, Pemerintah dalam keadaan belum siap dalam menangani covid-19. Seperti terbatasnya alat tes, dan sebagainya.

Pemuda adalah penentu masa depan negeri. Karena, baik atau buruk Negara di kemudian hari tergantung dari kualitas benih saat ini, yaitu pemuda. Jika muda-mudi saat ini tidak ditanamkan semangat untuk membangun negeri bersama, tentunya Negara yang yang kita pijak saat ini tidak memiliki masa depan yang gemilang, bahkan akan jauh tertinggal dari Negara lain.

Dalam kondisi saat ini, Indonesia sangat membutuhkan peran dari pemuda akademisi. Pemuda akademisi yang dimaksud adalah pemuda yang mempunyai wawasan dalam memilih mana berita hoax dan mana berita fakta. Tentunya di masa covid-19 banyak berita hoax tersebar di media sosial, dan ini adalah tugas dari pemuda untuk menyebarkan berita fakta, dan juga memberitahukan jika ada berita hoax. Biasanya, berita hoax gampang diserap oleh kalangan orang tua, seperti bapak-bapak atau ibu-ibu yang gemar membagikan berita hoax.

Bimbingan dari pemuda akademisi kepada masyarakat atau pengguna media sosial juga sangat penting. Dengan maraknya hoax yang membuat stigma buruk dimasyarakat, pemuda dapat turut andil dalam meluruskan pemikiran masyarakat yang rusak akibat terpengaruh dari berita yang tidak benar adanya. Seperti kasus yang terjadi akhir-akhir ini yaitu adanya berita hoax bahwa corona dijadikan ladang pendapatan oleh rumah sakit.

Kasus tersebut sukses membuat masyarakat terpengaruh dan muncul lah stigma negative dari masyarakat. Karena maraknya kasus tersebut, masyarakat mulai tidak percaya dengan rumah sakit. Banyak kasus terjadi, dimana orang sakit memilih untuk dirawat dirumah karena jika dibawa kerumah sakit pasti akan divonis positif corona. Sehingga banyak korban yang meninggal karena kasus tersebut.

Dari sini, pemuda dapat mengajak orang-orang agar tidak takut untuk periksa ke rumah sakit. karena jika memang positif covid-19 dan dibiarkan begitu saja, maka satu keluarga bisa jadi korban. Muda-mudi dapat membagikan info terkini perihal covid-19 kepada masyarakat, dan mengajak untuk selalu mematuhi protokol kesehatan yang telah di atur pemerintah. Pemuda juga dapat membimbing mulai dari keluarganya sendiri, yaitu dengan cara mengingatkan jika keluarga keluar tanpa memakai masker, atau mengingatkan di grup whatsapp keluarga untuk selalu menjaga kesehatan, dan memberitahukan jika ada berita hoax di media sosial.

Saat ini, masyarakat tidak terlalu mengkhawatirkan perihal corona, dengan membludaknya pengunjung alun-alun atau tempat-tempat seperti cafe dan mall, dan juga dengan banyaknya orang yang sudah tidak peduli dengan protokol kesehatan yang di atur oleh pemerintah, seperti memakai masker dan menjaga jarak.

Banyak sekali orang yang tidak memakai masker dan berkumpul di tempat-tempat umum dengan bahagianya. Hal itu menandakan bahwa orang-orang sudah tidak peduli dengan adanya Covid-19. Umumnya, orang-orang yang berkumpul di tempat umum dan tidak mematuhi protokol adalah dari kalangan muda-mudi. Dari sini, pemuda harus meningkatkan kesadaran bahwa pentingnya mematuhi protokol kesehatan untuk memutus mata rantai covid-19. Jika kita tidak peduli dengan pandemic yang sedang dihadapi saat ini, maka sampai kapan pandemic ini akan berlangsung?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun