Muhammad bin Jamil Zainu atau Jameel Zeno (1925-2010 M) adalah seorang Ulama Sunni dan penulis produktif yang sangat disegani di negara-negara Barat terutama yang berbahasa Inggris. Dia lahir di Aleppo, Suriah. Pada awalnya dia mengikuti Thariqah Shufiyyah Syadziliyah dengan mazhab fikih Hanafi kemudian meninggalkannya menuju mazhab/metode (Manhaj) Salaf.
Pada usia belasan tahun dia menjadi penghafal al-Qur'an, dan mempelajari dasar-dasar ilmu Agama dan linguistik seperti, Sintaksis/nahu, Sharaf, Susastra Arab (Balghah), dll, di al-Kulliyah asy-Syar'iyyah at-Tajhiziyyah. Dia kemudian melanjutkan di Universitas forensik di Universitas Aleppo dan menjadi pengajar. Pada tahun 1948 M dia menamatkan studinya dan memperoleh ijazah. Akhirnya dia mengajar di Dar al-Mu'allim hingga kurang lebih 29 tahun, dan kemudian diminta untuk menjadi pengajar Ilmu Hadis di lembaga pendidikan Dar al-Hadits al-Khairiyyah. Makkah.
Dan di antara karya-karyanya yang paling terkenal adalah: Minhaj al-Firqah an-Najiyyah, Kuntu Naqsabandiyyan, kaifa Ihtadaytu ila at-Tauhid, asy-Syama'il Muhammadiyyah, kaifa Nurabbi Auladana, Ash-Shufiyyah fi Mizan al-Qur'an wa as-Sunnah. (Lihat, https://id.m.wikipedia.org/wiki/Muhammad_bin_Jamil_Zainu)
Di antara semua buku yang ditulisnya, dia sempat mengkritik sebuah kasidah -yang populer dipanggil al-Burdah- Â yang ditulis oleh seorang sufi kenamaan di Mesir bahkan dunia Islam pada umumnya -yakni Imam al-Bushairi- dalam bukunya yang bertajuk, "ash-Shufiyyah fi Mizan al-Qur'an wa as-Sunnah/Sufi dalam Perspektif al-Qur'an dan Sunah."
Muhammad bin Jamil menilai sebahagian substansi dari Kasidah ini kontradiktif dengan substansi al-Qur'an dan sunah Nabi saw., berikut ini untaian dari syair-syairnya, akan tetapi saya tidak dapat menuliskan teks Arabnya; dikarenakan kebijakan dan ketentuan yang telah ditetapkan oleh platform blog ini:
1. "Yaa akram al-khalqi maa lii man aludzu bihi. Siwaka 'inda hululi al-haditsi al-'amimi."/"Wahai orang yang paling mulia (Muhammad), aku tidak mempunyai pelindung selain engkau ketika datang bencana yang merata."
Penyair ber-istighatsah kepada Rasulullah saw., seraya berkata:
"Aku tidak mendapatkan seorang yang dapat melindungiku ketika datang bencana yang menyeluruh kecuali engkau."Â
Ini adalah termasuk syirik besar (akbar) yang dapat mengekalkan pelakunya di dalam api neraka jika belum bertaubat dari perbuatan syirik tersebut.
Sebagaimana Allah swt berfirman: "Dan janganlah kamu menyemhah apa-apa yang tidak memberi manfaat dan tidak pula memberi mudarat kepadamu selain Allah, sebab jika kamu berbuat (yang demikian) itu, maka sesungguhnya kamu termasuk orang-orang yang zalim." (QS. Yunus [10]: 106)
Yang dimaksud dengan orang-orang zalim pada ayat di atas adalah orang-orang musyrik; karena kesyirikan merupakan kezaliman yang sangat besar (QS. Luqman [31]: 13).