Mohon tunggu...
Fahrul Rizal bin Iskandar
Fahrul Rizal bin Iskandar Mohon Tunggu... Administrasi - Peminat Sejarah Kuno

Dilahirkan dan menyelesaikan pendidikan sampai lulus SMA di Banda Aceh, melanjutkan pendidikan S1 Teknik Perminyakan di Yogyakarta kemudian memperoleh kesempatan kembali ke Banda Aceh untuk menyelesaikan S2 Ilmu Ekonomi dengan beasiswa Bappenas. Peminat sejarah peradaban manusia, memiliki perhatian khusus pada sejarah peradaban Islam dan Nusantara.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Hikayat Harga Emas di Bulan Syawal, Kisah Lampau Wajah Baru

28 Juni 2019   11:14 Diperbarui: 28 Juni 2019   11:31 20
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kerajinan Emas Khas Aceh (Foto: instagram.com/hmaligold)

Walaupun istilah 'perak' dalam bahasa percakapan lambat laun mulai pudar, setidaknya generasi yang lahir di awal 1980an pun masih tak asing dengan gaya lama ini.

Indikasi bahwa penggunaan koin perak pernah begitu meluas di Indonesia sekarang juga tampak pada temuan arkeologi sisa-sisa peradaban Sriwijaya dan yang semasa dengannya.

Namun demikian, peradaban masyarakat Indonesia kuno tidak hanya dipengaruhi oleh India semata, tapi juga oleh Kekaisaran Tang di Tiongkok. Ketika terdapat komoditas yang harganya rendah sehingga koin perak dirasa sebagai uang besar, maka koin recehan yang digunakan oleh masyarakat Indonesia kuno adalah koin kepeng yang berasal dari Tiongkok.

Koin kepeng terbuat dari bahan yang lebih murah dari logam mulia, konon koin ini berasal dari campuran tembaga dan perunggu. Orang Melayu menyebutnya sebagai uang keping, yang hingga kini jadi sebutan bagi uang logam recehan.

Uniknya lagi, sebutan uang dalam bahasa Aceh dan Batak terindikasi berasal dari nama koin kepeng. Dalam bahasa Aceh uang itu disebut sebagai 'peng', sedang orang Batak menyebutnya 'hepeng'.

Begitulah kejayaan emas sebagai alat transaksi perdagangan internasional di masa lampau. Walaupun perak sebagai pendampingnya telah kehilangan posisi, apalagi tembaga dan perunggu, ternyata emas tetap mempertahankan eksistensinya sebagai media penyimpan laba para pedagang sukses.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun