Dilahirkan dan menyelesaikan pendidikan sampai lulus SMA di Banda Aceh, melanjutkan pendidikan S1 Teknik Perminyakan di Yogyakarta kemudian memperoleh kesempatan kembali ke Banda Aceh untuk menyelesaikan S2 Ilmu Ekonomi dengan beasiswa Bappenas. Peminat sejarah peradaban manusia, memiliki perhatian khusus pada sejarah peradaban Islam dan Nusantara.
Jumat di Mesjid Baitul Musyahadah adalah sesuatu yang istimewa bagi kami. Walaupun sekarang status KTP sudah tidak lagi menjadi warga Geuceu, tapi pengalaman selama lima tahun tinggal di Geuceu Iniem saat masih usia SD adalah asal usul ikatan batin kami dengan mesjid ini.
Nama resminya memang Baitul Musyahadah, tapi lebih dikenal sebagai Mesjid Meuketop karena arsitektur kubahnya menyerupai Kupiah Meuketop ala bangsawan ataupun Sultan Aceh.
Dok.pri
Masih terkenang walau agak samar-samar tentang keadaan mesjid di awal masa pembangunannya, ketika itu usia kami kurang lebih masih 7 tahunan. Penjaja makanan ketika Jumaatan memang sudah saat itu, tapi variasi menu jajanan sekarang tentu terasa lebih meriah.
Dok.pri
Dok.pri
Dulu pilihannya terbatas pada jenis es-esan, maksudnya seperti es gogo, es lilin, es serut, dan es krim. Atau bakso-baksoan, misalnya bakso mas A, bakso pak de B, dsb, yang sulit dibedakan ciri khas rasanya.
Dok.pri
Sekarang dagangannya sudah punya kekhasan masing-masing, mulai dari minuman sari-sarian hingga dawetan, makanan seperti batagor, tahu aceh, atau sekedar buah segar.
Dok.pri
Dok.pri
Jadi ketika jamaah datang di awal waktu sebelum adzan dikumandangkan, tak heran jika kebanyakan tidak langsung masuk dan beritikaf di dalam mesjid. Terlebih dahulu menikmati jajanan unik yang menantang untuk dilumatkan dengan geraham. Atau sedekat menggigit sepotong semangka sebelum mengambil air wudhu. Tak terkecuali juga kami di setiap kesempatan apabila Jumatan di Baitul Musyahadah.