Mohon tunggu...
Ahmad Fahrizal Aziz
Ahmad Fahrizal Aziz Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Blogger

Sekretaris GPMB Kab. Blitar, blog pribadi klik www.jurnalrasa.my.id

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Komunitas Menulis Tak Hanya Melahirkan Penulis

8 Maret 2021   00:16 Diperbarui: 8 Maret 2021   01:39 310
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Acara Parade Puisi di Perpustakaan Bung Karno. Dok/pribadi

Memastikan komunitas tetap eksis agar terjalin koneksi, agar ada ruang belajar, agar satu dan lainnya saling mengenal.

Lewat komunitas, si A bisa bertemu si B, bergumul dengan si C, berinteraksi dengan si D dan seterusnya.

Komunitas memberikan ruang untuk yang tidak dikenal jadi dikenal, yang sudah dikenal makin dikenal lagi. Komunitas bisa menjadi wadah pertama mengkomunikasikan karya, bahkan bisa menjadi "ruang reparasi" sebelum karya terbit ke publik menjadi karya yang diperhitungkan.

Komunitas adalah panggung terbuka bagi siapapun, termasuk komunitas menulis.

Namun panggung itu tak akan ada, jika tak ada yang mengelola. Bayangkan saja, jika komunitas itu kehilangan pengelolanya. Komunitas akan sepi, tak ada agenda, tak ada ruang berinteraksi, lambat laun pasti bubar, anggotanya tercerai berai.

Sementara, tidak semua pengelola sempat eksis. Kadang-kadang tugas sebagai pengelola atau pengurus itu juga tidak gampang. Butuh perjuangan, kadang pengorbanan.

Karenanya, tak banyak yang bersedia jadi pengelola. Apalagi yang sudah mahir menulis, komunitas kadang seperti menjadi panggung sekilas.

Menjadi pengelola komunitas, goalnya beda. Tidak saja ingin jadi penulis atau bisa menulis, namun bagaimana komunitas bisa tetap eksis dan melahirkan banyak penulis baru.

Mengelola komunitas menulis berarti menghidupkan ekosistem menulis, salah satu di dalamnya adalah membaca, menjalin relasi, dan membentuk kultur sosial.

Jika dibedah lebih detail, sesungguhnya mengelola komunitas menulis dengan menjadi penulis itu adalah dua sisi yang berbeda.

Ini bukan sekadar lahirnya teks, terbitnya buku atau pemenuhan rubrik di media massa. Namun ini soal budaya, soal literasi, soal perubahan sikap dan cara pandang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun