Mohon tunggu...
Fahrizal Muhammad
Fahrizal Muhammad Mohon Tunggu... Dosen - Faculty Member Universitas Prasetiya Mulya

Energi Satu Titik

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

PJJ, Social Distancing, dan Kehangatan Keluarga

23 Maret 2020   12:18 Diperbarui: 23 Maret 2020   12:22 1939
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dokumentasi pribadi fahrizal muhammad

Setiap inci waktu dan ruang kasih sayang yang menumbuhkan dan mendewasakan senantiasa menjadi kerinduan. Sebaik-baiknya rindu adalah yang tetap punya harapan bertemu muaranya. Sebaik-baiknya harapan adalah dia yang datang sebelum rindu menipis di tepian hati. Kita pasti sepakat, kehadiran ayah dan bunda di rumah sangat bermakna untuk mereka yang sekarang sedang bersiap meniti jalan yang sama dengan zaman yang berbeda.

Kedua, semakin menebalkan kesadaran tentang peran penting dan bermaknanya kehadiran seorang guru. Ketika anak harus belajar di rumah, kedua orang tua serta merta mengambil komando dan tanggung jawab proses belajar mengajar yang seharusnya di sekolah. Tidak setiap orang tua siap dengan kondisi ini, apalagi mereka juga masih  bertanggung jawab dengan pekerjaan kantor yang harus diselesaikan di rumah.

Sosok guru dirindukan hari-hari ini. Sehari dua hari, ayah dan bunda mungkin masih bisa handle, tetapi bila berkepanjangan, mereka bisa jadi keteteran. Apalagi, tidak sedikit dari mereka yang sama sekali tidak mengerti lagi materi apa yang dipelajari anaknya di sekolah. Mereka merasa sudah “menitipkan” pendidikan anaknya kepada sekolah dan guru. Jadi, wajar tidak setiap orang tua siap dengan keputusan belajar di rumah selama serangan Covid-19 ini.

Kehadiran guru, sesederhana apa pun, tetap membekas dan bermakna dalam membentuk karakter anak. Kehangatan dan kesabaran seorang guru pada gilirannya melahirkan keceriaan dan kegembiraan mereka tidak dapat ditukar dengan gawai dan aplikasi secanggih apa pun. Nampaknya, kebahagiaan berada di antara guru dan teman sekelas pasti lebih dirindukan daripada setumpuk tugas yang diberikan lewat gawai dan harus diselesaikan.

Ketiga, soliter melahirkan solider. Inilah juga hari-hari dilematis. Rumah-rumah di sejumlah kompleks permukiman pasti lebih banyak penghuninya daripada biasanya. Sesungguhnya, inilah waktu terbaik untuk lebih memakmurkan masjid, main bulu tangkis bersama, kumpul dengan tetangga sambil ngopi,  atau kerja bakti membersihkan lingkungan. Namun, itu tidak bisa dan tidak boleh dilakukan. Orang justru harus stay at home, bahkan di sejumlah masjid sholat lima waktu pun tidak diadakan dulu untuk sementara.

Orang berusaha sekuat tenaga untuk mematuhi kebijakan social distancing. Ini hal baru dan mereka tidak ingin gegabah dengan berbuat kesalahan. Namun, menariknnya, di tengah semangat untuk tetap di rumah (soliter), justru muncul kesadaran di antara warga untuk berhimpun dan berbuat sesuatu. Terbentuklah di sejumlah komplek perumahan apa yang kemudian dikenal sebagai Satgas  Anti Covid-19 yang terdiri atas unsur Dewan Kemakmuran Masjid (DKM), Pengurus Lingkungan (RW), dan para relawan peduli lingkungan.

Satgas Anti Covid-19 ini melakukan edukasi kepada masyarakat di lingkungan RW untuk bersatu dan bersama-sama memikirkan, menyusun program, dan berkontribusi sekecil apa pun dalam menanggulangi atau menekan penyebaran Covid-19. Oleh karena itulah, seluruh elemen masyarakat kembali punya ruang berbagi untuk memupuk kepedulian bersama dalam menghadapi musibah ini. Tentu, langkah-langkah positif ini harus didukung dan diapresiasi dengan baik.

Akhirnya, kita memang membutuhkan ruang dan kesempatan untuk menyemai sesuatu yang kita pahami sebagai idealisme. Bila pada gilirannya itu hadir sebagai amanah, tidak ada jalan lain kecuali bersyukur. Mari tetap bergerak untuk menjaga keseimbangan!

Ayo, bersama kita lawan Covid-19!

Depok, 23 Maret 2020

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun