Mohon tunggu...
Fahri Sabililhaq
Fahri Sabililhaq Mohon Tunggu... Manusia Pemula

Hai! Aku seorang manusia pemula yang mencoba menuliskan rasa, opini, sampai keresahannya disini. Selamat membaca ya! Hehe

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Melepas Belenggu Kemelakatan

8 Februari 2025   02:13 Diperbarui: 8 Februari 2025   02:12 69
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: fahridesign

Hidup di era modern yang serba cepat seringkali membuat kita terganggu, terdistraksi, atau teralihkan baik secara sadar maupun tidak. Ketika kita diperlihatkan dengan berbagai bentuk ekspresi individu tentang apa yang mereka capai dan apa yang mereka miliki, terkadang secara spontan kita memiliki hasrat untuk kemudian membandingkan atau menginginkan hal yang mereka ekspresikan itu, tapi ternyata tak terpenuhi. Lalu, tidak sedikit dari kita yang akhirnya kemudian merasa tertinggal, putus asa, pesimis, sampai-sampai menyalahkan takdir atau ketetapan-Nya. Merasa paling menderita di dunia dibanding yang lain dan terus menghakimi diri serta gagal menikmati hidup menyehari.

Apakah kebahagiaan itu terletak pada suatu kepemilikan? Apakah kesedihan dan kesengsaraan itu bermula dari sebuah kehilangan? Mari coba kita renungkan bersama.

Sejatinya, manusia terlahir ke dunia dengan keadaan tanpa membawa atribut kebendaan apapun, pun juga kembali pulang tanpa membawa apa-apa. Barangkali perlu kita ingat bersama, bahwa segala hal yang kita 'miliki' hari ini adalah titipan yang Tuhan percayakan. Titipan yang sewaktu-waktu akan habis masanya, titipan yang bisa diambil kapanpun oleh pemilik sebenarnya, titipan yang sebenarnya menguji diri kita sendiri, sejauh mana kita mampu menjaganya.

Jadi, bagaimana bisa kita sebagai manusia takut kehilangan sesuatu padahal sejatinya kita tidak pernah memiliki apa-apa?

Barangkali kita sebagai manusia terlalu cinta dengan gemerlap duniawi dan akhirnya lupa diri, sampai-sampai begitu takut kehilangan segala hal yang kita upayakan dan kumpulkan selama hidup. Kita was-was, gelisah, resah, dan begitu khawatir dengan status kepemilikan yang kita buat sendiri itu hilang dan sirna.

Pada akhirnya perasaan memiliki itu akan semakin kuat dan menjadi suatu kemelakatan. Kita melekat pada apa-apa yang kita rasa kitalah yang memilikinya. Apapun itu. Kemudian kita terjebak dan terbelenggu dalam kemelakatan itu, terlena dalam jebakan halus yang akan mendestruksi diri kita sendiri. Kita terbelenggu dan melupakan peranan sejati kita di tempat yang fana ini. Pandangan kita kabur dan pikiran kita terpapar penyakit cinta dunia dan takut mati.

Mengusahakan kehidupan dunia yang sejahtera dan bersahaja adalah sesuatu yang wajib diperjuangkan dan diupayakan terus menerus. Itu adalah keharusan. Jelas, kita sebagai manusia butuh materi untuk survive dan menebar kebermanfaatan dalam hidup. Tapi jangan sampai kemudian kita kehilangan kendali dan memiliki kecenderungan untuk 'menuhankan' dunia, mati-matian mengejar sesuatu yang tak dibawa mati.

Kita adalah entitas makhluk yang sedang dan akan terus belajar menjalani peranan kita sendiri. Kita jelas masih perlu banyak belajar, banyak membaca diri, banyak berefleksi, dan banyak berevaluasi untuk meningkatkan kualitas hidup kita sendiri. Rasa-rasanya kita perlu lebih aware dengan membaca pesan-pesan semesta yang dihadirkan Tuhan dalam berbagai bentuk yang semata-mata dikirim untuk bisa menyadarkan, mengingatkan, dan menumbuhkan diri kita. Jadi, bacalah dan bertumbuhlah.

Lepaskan segala bentuk kemelekatan itu dengan kesadaran yang penuh. Hadirkan kelapangan hati yang penuh akan cinta kasih-Nya.

Perangi nafsumu, nikmati fanamu, dan berbahagialah dalam hidupmu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun