Mohon tunggu...
Fahri Sabililhaq
Fahri Sabililhaq Mohon Tunggu... Mahasiswa - Manusia Pemula

Halo! Aku seorang manusia pemula yang mencoba menuliskan rasa, opini, sampai keresahannya disini. Aku seorang manusia pemula tengah mencoba mengabadikan dirinya dengan tulisannya. Semoga bermanfaat ces!

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Salah Tafsir Politik

13 Desember 2022   11:35 Diperbarui: 13 Desember 2022   11:35 109
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sebagai orang yang awam terhadap politik, penulis mencoba untuk menyampaikan opininya tentang salah tafsir politik, yakni politik yang disalahartikan, politik yang tidak sesuai dengan hakikatnya dan malah keluar dari koridornya. Sehingga dari situ terjadi fenomena gagal paham, baik secara definisi maupun fungsi dari politik itu sendiri.

Politik dalam benak masyarakat awam adalah suatu benda langit yang kotor, kejam, dan cenderung hanya berkepentingan terhadap penguasa. Ketika mendengar kata politik saja sepertinya masyarakat lebih memilih untuk tidak tahu dan memandang apa-apa yang berkaitan dengan politik adalah hal yang 'kotor'. Sehingga pemikiran masyarakat terbatas terhadap fenomena-fenomena yang terjadi di sekitarnya saja, yakni politik yang kotor.

Adanya stigma tersebut kemudian memunculkan satu pertanyaan dalam benak penulis. Mengapa bisa masyarakat berpandangan demikian terhadap politik? Padahal jika ditelusuri, politik tak selalu seburuk itu dan bahkan di sisi lain politik dapat membawa kebaikan, kebermanfaatan serta kesejahteraan yang nyata nan terasa bagi masyarakat dalam suatu tatanan kenegaraan.

Setelah penulis amati dan pikirkan dari waktu ke waktu, penulis beropini barangkali politik (khususnya di Indonesia) ini kebanyakan memang disalahartikan. Paradigma politik ini tidak sesuai dengan 'politik' yang semestinya. Barangkali politik ini kebanyakan hanya dipakai untuk ladang kepentingan yang merias dirinya dengan segala pencitraan yang digencar-gencarkan demi sebuah jabatan dan kekuasaan. Barangkali mereka yang dianggap berpolitik kebanyakan justru memiliki bad  attitude, selalu ingkar terhadap janjinya dan menyakiti kepercayaaan penduduk negeri. 

Barangkali mereka yang dicap politisi, mungkin malah kurang (atau bahkan gagal) paham dengan jalan yang sedang mereka tempuh, barangkali mereka hanya haus kekuasaan dan mengeruk keuntungan daripadanya. Bukan berarti penulis suudzon, tetapi ini adalah sebuah asumsi dari kasus-kasus yang berkaitan dengan politisi dari masa ke masa. Karena memang kita tidak boleh abai, tutup mata, diam, dan membiarkan budaya politik yang melenceng ini tumbuh dan berkembang terus menerus.

Dari fenomena tersebut, penulis mencoba mengajak pembaca untuk meninjau kembali (review) politik supaya tidak ada lagi kesalahpahaman, suatu pemikiran yang sempit ataupun salah tafsir terhadapnya. Jikalau kita telisik dari hakikatnya, politik adalah perilaku manusia baik berupa aktivitas ataupun sikap, yang bertujuan memengaruhi atau mempertahankan tatanan suatu masyarakat dengan mempergunakan kekuasaan (Abdul Muin Salim, 1994:37).

Dari kutipan diatas kita dapat menangkap definisi yang jelas terhadap politik. Dengan berpolitik artinya seseorang tersebut (politisi) tengah mengupayakan suatu tujuan yang menyangkut kepentingan orang banyak (dalam hal ini tatanan masyarakat), dengan menggunakan kekuasaannya sehingga dia memiliki power dalam menjalankan perananya. Akan menjadi hal yang sangat mulia apabila memang politik ini benar-benar dijalankan sesuai dengan hakikatnya. Masyarakat yang hidup dalam politik yang demikian (sehat) dapat menjalankan kehidupan yang sejahtera karena memang dipimpin oleh politisi yang paham dan bijaksana terhadap kekuasaan yang digenggamnya.

Namun sebaliknya, akan menjadi sangat mengerikan apabila politik ini dikuasai oleh orang-orang jahat yang memiliki kepentingan untuk memperkaya dirinya dan golongannya semata serta abai terhadap siapapun diluar 'kepentingannya' itu. Segala cara akan ditempuh untuk mencapai hal yang diinginkan sekalipun dengan cara yang tercela.

Sampai pada akhirnya memang segala sesuatu harus memiliki dasar yang kuat, termasuk politik. Terutama bagi kita selaku penganut agama Islam, haruslah menyandarkan segala sesuatu (termasuk politik) yang kita lakukan dengan agama yang kita anut. Menurut Amien Rais, seorang politisi haruslah bersandar pada moralitas dan etika yang bersumber pada ajaran tauhid. Bila moralitas dan etika tauhid ini dilepaskan dari politik, maka politik itu akan berjalan tanpa arah dan bermuara pada kesengsaraan orang banyak. 

Sebagaimana diungkapkan Pak Amien Rais: ...politik merupakan salah satu kegiatan penting, mengingat bahwa suatu masyarakat hanya bisa hidup secara teratur kalau ia hidup dan tinggal dalam sebuah negara dengan segala perangkat kekuasaannya. Sedemikian penting peran politik dalam masyarakat modern, sehingga banyak orang berpendapat bahwa politik adalah panglima. Artinya, politik tidak dapat dipungkiri sangat menentukan corak sosial, ekonomi, budaya, hukum, dan berbagai aspek kehidupan lainnya".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun