Mohon tunggu...
Fahri Ardiansyah
Fahri Ardiansyah Mohon Tunggu... Penulis -

Menulis adalah cara terbaik mengabadikan peradaban

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Ngeseks ala Birokrasi

7 April 2018   10:03 Diperbarui: 7 April 2018   10:37 469
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: https://www.merdeka.com

Seks, itu istilah kata yang acapkali mampir di telinga pasangan muda-mudi yang tengah dilanda asmara. Tentu hukumnya haram, bagi mereka yang belum terikat janji suci, bernama pernikahan. Namun sebaliknya, bagi kedua pasangan dengan ikatan resmi secara agama, ia dapat bebas merdeka, dengan masing-masing gaya favorit, boleh melakukannya. Selama dibubuhi rasa cinta dan kasih sayang.

Kegandrungan pengetahuan mengenai seks, menyebakan pertanyaan seputar seks pun kerapkali dilontarkan. Di jelajah internet, beragam situs web mengatasnamakan konsultasi dokter banyak menyediakan rubrik soal itu. Mungkin saja, itu salah cara untuk menjawab rasa penasaran banyak kalangam, karena telah menjadi suatu kebutuhan pribadi yang wajib diketahui. Namun bagi saya, itu cukup beralasan, karena seks bisa membantu menjaga keintiman dan romantika hubungan rumah tangga.

Bagaimana cara melakukan seks yang sehat, berkualitas, nyaman dan membuahkan kepuasan. Pertanyaan demikian, sering nongol di kolom komentar beberapa website. Hasilnya, tiga teratas jawaban populer menawarkan rekomendasi untuk dicoba. Pertama, seks sebaiknya diawali dengan pemanasan atau yang dikenal sebagai foreplay. Kedua, dilakukan dengan beragam gaya, tidak kaku dan membosankan. Ketiga, lakukanlah komunikasi kepada pasangan.

Sekilas melihat jawaban di atas, tentu bukan perkara sulit untuk dilakukan. Tak lebih sulit ketika harus menjawab pertanyaan seputar aljabar dan aritmetika pada lembar ujian. Juga tak lebih sulit ketimbang harus menguasai tiga bahas asing sekaligus. Tapi terkait dari beberapa pengakuan, tak sedikit dari mereka gagal melakukannya.      

Memperbincangkan kesulitan-kesulitan, saya lantas teringat kejadian sepekan lalu. Ketika saya hendak mengurus perizinan usaha di salah satu kota. Sebut saja kota X (disamarkan). Pada awalnya, untuk menutupi ketidaktahuan saya terkait prosedur izin disana, saya kemudian membaca dan mencermati prosedur perizinan melalui situs pemerintah. Hasilnya pun tidak mengecewakan. Informasi yang saya dapatkan cukup membuat lega. Setidaknya bahwa perizinan usaha dapat dituntaskan tak lebih dari dua minggu berdasarkan SOP yang kontennya tertera jelas di tampilan website.    

Semangat pun menyelimuti. Berharap untaian pernyataan itu bukan hanya janji-janji. Layaknya janji kebanyakan para politisi yang berebut dominasi. Saya pun akhirnya bertandang ke dinas setempat, setelah memastikan semua kelengkapan berkas telah tergenggam dan rampung. Tak membutuhkan waktu lama, isian formulir hingga tarif izin telah saya tuntaskan, dan selanjutnya tinggal menunggu waktu terbit untuk surat tanda jadi perizinan.

Hari berganti minggu, kabar perizinan tak juga menampakkan batang hidungnya, yang katanya akan dikonfirmasi melalui pesan email. Hingga tak sedikit pula, saya meluangkan waktu untuk sekedar mengecek secara langsung, sejauh mana proses perizinan telah diselesaikan. Namun, hasilnya nihil, alasan utama terkendala dipanjangnya proses birokrasi. Hingga sebulan lebih, saya tak urung mendapat kepastian jelas.      

Harus diakui, tak sedikit masyarakat pernah mengalami kejadian serupa. Di tengah-tengah akselerasi pembangunan tentu ini menjadi kendala. Tak pelik, jika pidato presiden Jokowi selalu menghimbau agar pelayanan publik tak lagi menjadi ruwet. Birokrasi yang gemuk, panjang, kaku, dan berbelit-belit salah satunya.

Permasalahan tersebut cukup mencemaskan. Misalnya, bagi orang seperti saya dan sebagian masyarakat lainnya yang membutuhkan kepuasaan akan pelayanan publik. Mungkin, bisa sama cemasnya, ketika pasangan suami istri gagal menciptakan romantisme melalui hubungan intim di atas ranjang.

Tampaknya, birokrasi kita harus banyak belajar. Tak terkecuali dari pelajaran bagaimana cara melakukan hubungan seks yang baik dan benar. Karena terdapat konteks dimana tujuan keduanya sedikit mirip yakni bagaimana mencapai kepuasan. Tidak hanya seks, birokrasi juga mestinya harus sehat, berkualitas, nyaman dan membuahkan kepuasan. Maka tips berhubungan seks bisa menjadi sangat relevan dengan persoalan birokrasi hari ini.

Pertama, untuk menciptakan hubungan seks yang harmonis sebaiknya dimulai dengan pemanasan/foreplay. Ini dilakukan untuk meningkat gairah, rileks dan semangat sebelum melangkah ketahap selanjutnya (inti/core). Begitu halnya birokrasi, guna menciptakan pelayanan berkualitas tak semudah hanya menyuruh satu dua orang melontarkan senyuman sembari menyambut kedatangan costumer. Birokrasi juga membutuhkan gairah dan semangat sebaik dengan berhubungan seks.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun