Mohon tunggu...
Asywida Fahmi
Asywida Fahmi Mohon Tunggu... Freelancer - Engineer Freelance

Orang bodoh yang biasa belajar agar terlihat lebih bodoh

Selanjutnya

Tutup

Diary

Pentingnya Sebuah Prasangka

28 September 2021   18:31 Diperbarui: 28 September 2021   18:32 121
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Selama kita ber-'akting' di dunia yang fana ini, kita tentunya menjumpai beberapa kutipan ataupun motivasi yang sering dipampang di sosial media. Sumbernya kebanyakan dari kitab Al-Qur'an atau Bible. 

Mayoritas menyadurnya dan memasangnya sebagai status pribadi karena dianggap 'related' dengan kehidupan yanh kita alami. Maklum, kita yang dulu sering berkomentar 'TV merusak moral bangsa' malah sekarang sosial media yang perlahan mengonsumsi moral kita.

Ada satu yang unik pada status pribadi seorang kawan, yang berbunyi : 'Sesungguhnya, di setiap kesulitan ada kemudahan'. Ketika saya tanya soal sumber kutipan itu, dia menjawabnya dari Instagram. Padahal saya berharap dia menjawab langsung pada mahasumber-nya, Al-Qur'an.

Tepatnya Surah Al-Insyirah 5-6. Surah tentang kekuasaan Allah memberikan keleluasaan dalam pengampunan dosa hamba-Nya. Kami sempat berdiskusi panjang sambil meneguk kopi dan menghisap sebatang surya. Tentang arti dari ayat tersebut yang menurut beliau serupa dengan arti peribahasa 'berakit-rakit ke hulu, berenang renang ke tepian'.

Namun saya pribadi mempunyai penafsiran arti yang berbeda dengan beliau. Beberapa saat setelah surya padam, saya mulai menceritakan pengalaman saya ketika menjadi kuli proyek di Tanjung Priok.

Proyek tersebut tentang jaringan pipa pendam bawah laut yang membujur dari Penajam ke Balikpapan. Adalah kontraktor kami PT EDM (perusahaan disamarkan) yang memenangkan tender dan akan mengeksekusi proyek tersebut. Sedikit 'disclaimer', PT EDM ini dulunya perusahaan kapal terkenal pada jamannya. 

Namun karena pengaruh inflasi dan kekurangan investasi membuat perusahaan ini semakin meredup. Nah, singkat cerita perusahaan ini bekerjasama dengan perusahaan investor lokal yaitu PT Mantul Nusa Jawara (perusahaan disamarkan) atau disingkat PT MNJ

Sialnya, PT MNJ ini belum pernah bermain di proyek lepas pantai, sehingga setiap PT EDM membutuhkan suntikan dana, mereka selalu berpikir 'dana yang digelontorkan sudah banyak, kok masih minta lagi'. 

Akhirnya timbul rasa 'distrust' dan PT MNJ tidak ingin mengucurkan dana lagi. Tak patah arang PT EDM mencari proyek lagi dengan klien yang diharapkan bisa memberikan 'down payment' untuk kebutuhan operasionalnya. Bertemulah PT EDM ini dengan PT Embargo (perusahaan disamarkan). 

Kemudian perusahaan tersebut setuju untuk memberikan modal awal kepada PT EDM. Namun nahas, kelalaian dari PT EDM ketika semua rekening proyek dipegang oleh PT MNJ. Alhasil uang tersebut tak kunjung cair.

Saya yang awal mulanya antusias dengan proyek ini, lama lama berangsur melempem. Bagaimana tidak, saya di proyek ini dituntut untuk monitoring progres PT EDM, tanpa dana operasional, ditambah saya adalah penyintas Covid 19 angkatan Juni 2021 dan baru sembuh bulan Agustus 2021. 

Bisa dibayangkan menganggur 2 bulan tanpa pekerjaan dan bodohnya saya menggantungkan pekerjaan hanya sebagai kuli proyek tanpa memiliki usaha lain. Belum lagi menghidupi seorang istri dan satu anak bayi perempuan.

Ketika itu rohani saya dilumuri rasa melankolis. Semua kemungkinan saya rasa hanya premis. Pikiran hutang, cicilan, paylater dan segalanya membuat saya semakin meringis. Plagmatis.

Tiba waktu Ashar, seperti biasanya saya ambil wudlu dan melakukan sholat dengan hati yang masih berprasangka jelek kepada Allah. Namun keanehan terjadi saat saya mengadahkan tangan untuk berdoa. Saya tiba tiba teringat dengan surat Al-Insyiroh yang saya baca di rakaat kedua tadi. 'Sesungguhnya di dalam kesulitan ada kemudahan'. 

Kemudian diulang kembali di ayat 6 'Maka sesungguhnya di dalam kesulitan ada kemudahan'. Jika Allah mengulang kalam-Nya dua kali, berarti manusia harus lebih intens untuk menggunakan akal dan pikirannya dalam menelaah ini. Perlahan hati saya seakan berbicara 'Jika saya pindah dari proyek yang ruwet ini, saya mungkin tidak mendapatkan apapun, namun jika saya membantu seorang yang dalam kesusahan (dalam hal ini PT EDM) mungkin kemudahan akan datang pada saya'.

Sontak saya kaget, ya Tuhanku aku terlalu berprasangka bodoh kepada-Mu. Bisa-bisanya saya mengucilkan kuasa-Mu. Padahal janji-Mu dalam kitab-Mu selalu nyata. 

Layaknya Wade Wilson di film 'Deadpool 2' ketika dia sadar jika dia takkan pernah bisa bersama Vanessa ke dimensinya sebelum menyelamatkan si Firefist dari percobaan pembunuhan kepada kepala sekolah mutan.

Kawan saya sebelumnya mengantuk kemudian menatap mataku dengan tajam. 'Apakah kamu Abu Nawas atau Musailamah Al Kadzab??'. Retorika tersebut saya jawab dengan renyah 'Saya Rumi, bukan yang ulama, tapi anaknya Ahmad Dhani'. Kami tertawa dan berkelakar satu sama lain. Diskusi asyik yang jarang sekali saya dapatkan belakangan ini dalam kesibukan bekerja dan berkeluarga.

-END-

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun