Mohon tunggu...
Fahmy Radhi
Fahmy Radhi Mohon Tunggu... pegawai negeri -

Pemerhati Ekonomi Energi Universitas Gadjah Mada

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Pantaskah Elia Massa Manik Menjadi Dirut Pertamina?

15 Maret 2017   23:56 Diperbarui: 17 Maret 2017   20:19 617
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Presiden Joko Widodo konon sudah menetapkan Elia Massa Manik sebagai Direktur Utama (Dirut) Pertamina, menggantikan posisi Dwi Soetjipto yang diberhentikan Kementerian BUMN pada Januari lalu. Ada indikasi kuat bahwa pencopotan Dwi Soetjipto merupakan hasil rekayasa dari konspirasi kelompok kepentingan dengan tujuan melengserkan Dwi Soetjipto sebagai Dirut Pertamina.

Rekayasa penggulingan Dirut Pertamina diawali dengan membentuk struktur baru Wakil Direktur Pertamina, yang menunjuk Akhmad Bambang menduduki jabatan sebagai Wakil Dirut Pertamina. Tidak bisa dihindari pembentukan Wakil Dirut itu memunculkan Matahari Kembar, yang memicu pertentangan antara Dirut dan Wakil Dirut. Pertentangan itu lah yang dijadikan justifikasi untuk mencopot keduanya, sekaligus menghapus jabatan Wakil Dirut karena sudah tidak dibutuhkan lagi.

Kendati kedua Matahari sudah dicopot, namun pencopotan itu tampaknya belum menyelesaikan permasalahan kepemimpinan di Pertamina. Salah satu permasalahan itu adalah terbentuknya perkubuan di antara kubu Soetjipto dan kubu Bambang, yang mengarah pada upaya saling menjatuhkan. Tidak segera dipilihnya Dirut Pertamina yang baru berpotensi semakin meruncingkan pertentangan di antara kedua kubu di tubuh Pertamina.

Penetapan Elia Massa Manik sebagai Dirut Pertamina yang baru diharapkan dapat segera mengakhiri permasalahan perkubuan di tubuh Pertamina. Seperti Dwi Soetjipto, Elia berasal dari eksternal Pertamina, yang bukan bagian dari permasalahan perkubuan, sehingga lebih memudahkan bagi Elia untuk menyatukan kembali kedua kubu yang berseteru di Pertamina. Di banding calon lain yang disodorkan ke Presiden Joko Widodo, Elia yang paling memenuhi kriteria professional di bidangnya, integritas, dan idependen.

Elia mengawali karier manajerial pada PT Indofood Sukses Makmur, berlanjut menjadi Chief Executive Officer PT Kertas Basuki Rachmat Indonesia, lalu diangkat menjadi Presiden Direktur di PT Elnusa, perusahaan afiliasi Pertamina. Elnusa merupakan perusahaan nasional  yang bergerak di bidang jasa minyak dan gas bumi antara lain : Jasa Seismic, Pengeboran dan Pengelolaan Lapangan Minyak.

Karier Elia mulai mencorong ketika menjadi Direktur Utama PT Elnusa Tbk, yang dijabat pada 2011-2014. Elia berhasil menyelamatkan Elnusa, dari posisi merugi sekitar Rp 42,775 miliar pada 2011 hingga mencapai profit sebesar Rp 123,6 miliar pada 2012. Laba tersebut terus meningkat hingga mencapai Rp 178,2 miliar pada semester pertama 2014, di akhir jabatan Elia. Kinerja cemerlang itu menjadi pertimbangan untuk mengangkat Elia sebagai Presiden Direktur induk holding BUMN Perkebunan.

Berdasarkan perjalanan kariernya yang cemerlang, tidak diragukan lagi bahwa Elia memenuhi kriteria professional, termasuk professional di bidang Migas. Pengalaman sebagai pimpinan puncak holding BUMN Perkebunan akan sangat bermafaat bagi Pertamina, pada saat Pertamina ditetapkan sebagai holding Migas.

Selama perjalanan karier sebagai managerial professional, Elia tidak pernah sekalipun melakukan perbuatan tercela, yang melanggar hukum. Elia juga tidak pernah dipanggil oleh Bareskrim, Kejaksaan Agung dan KPK atas indikasi pelanggaran tindak pidana korupsi, baik sebagai saksi maupun sebagai terdakwa. Dengan indikator itu, tidak berlebihan dikatakan bahwa Elia memenuhi kriteria integritas, yang menjadi syarat bagi Dirut Pertamina.

Selama menjabat Dirut Elnusa dan holding BUMN Perkebunan, Elia memang harus berhubungan dengan Menteri BUMN, termasuk berhubungan dengan Rini Soemarno. Namun, hubungan itu merupakan hubungan professional antara eksekutif BUMN dengan Menteri BUMN. Hubungan professional itu berbeda dengan hubungan antara Menteri BUMN, baik  dengan Deputi, maupun staf khusus  Menteri BUMN. Dengan demikian, Elia termasuk memenuhi kriteria independen, sehingga pada saat menjabat Dirut Pertamina mestinya tidak dapat dikendalikan baik oleh Menteri BUMN, maupun oleh kelompok kepentingan, termasuk Mafia Migas.

Pilihan Presiden Joko Widodo menunjuk Elia Massa Manik sudah sangat tepat lantaran Elia memenuhi tiga kriteria, professional di bidangnya, integritas dan independen. Pengalaman sebagai pimpinan holding BUMN Perkebunan juga akan memberikan benefit bagi Pertamina yang saat ini sedang dipersiapkan menjadi induk holding BUMN Migas. Selain itu, Elisa, yang bukan bagian masalah perkubuan, akan lebih mudah untuk mengakhiri sengkarut kepemimpinan di tubuh Pertamina.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun