Mohon tunggu...
Fahmi Mustofa
Fahmi Mustofa Mohon Tunggu... Freelancer - Pegawai Negeri Santai

Hidup hanya untuk bercanda

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Semua Orang Sedang Sakit

19 Juli 2019   22:04 Diperbarui: 19 Juli 2019   22:06 93
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi credits pinterest

Berakit-rakit ke hulu, berenang-renang ke tepian. Bersakit-sakit dahulu, bersenang-senang kemudian. Itu adalah sepenggal dari kata pepatah yang paling tersohor sewaktu kalian masih menginjak bangku sekolah. Saat waktu dewasa pun telah tiba. Pepatah itu kalian terapkan, bukan hanya sebatas ucapan dari mulut kalian. Tetapi, sudah menjadi kitab dalam hidup berhari-hari kamu. 

Bahwasanya, kapankah kalian akan merenggut kesenangan, setelah sakit berhari-hari setelah itu? Pun, kesakitan yang selalu terasa untuk berharap di suatu waktu kalian akan mendapatkan kesenangan. Semoga saja. 

Bukan khayalan.Menginjak usia belasan tak mudah semasa kalian bermain lompat tali, bermain layangan di lapangan, dan bermain bola untuk menjaga gawang. Semua masa-masa kecil yang bisa buat kamu tertawa sekarang terkunyah di masa-masa kamu yang bisa membuat mimik wajahmu menjadi seram, bahkan, menakutkan.

 Menakutkan, karena memang harus lebih serius. Yang tertawa, pun, hanya sekedar lewat seperti angin yang datang dan pergi. Seperti hujan yang membasahi tanah dan kering karena terik matahari. Mimik wajah tegang adalah pilihan yang tepat untuk di masa-masa kamu yang sekarang. Penuh perjuangan. Perjuangan yang tak kunjung selesai.

Khayalaknya, seperti masalah hubungan kamu dengan pacar. Mengapa, ia bisa selingkuh dengan orang lain. Tak tahu jalan apa yang dipilih oleh pacarmu, entah, kamu mempunyai kekurangan dari orang tersebut yang mempunyai banyak kelebihan. Hingga, kamu di putuskan oleh pacarmu. Itu menjadi hal yang menyakitkan untukmu bagi yang merasakan. 

Sampai bagaimana kamu bisa ingin melupakan orang yang menyakitmu adalah perjuangan dirimu. Hanya kamu yang merasakan. Mereka di luar sana, tidak tahu. Sisa, dari perjuangan adalah berdoa jalan salah satunya. Agar lekas sembuh. Dan semoga tuhan mengkabulkan doa hamba.

***

Pukul 5 sore hari menjelang uzurnya matahari, aku bertemu teman dengan tidak sengaja sebut saja namanya, mawar.

Mawar ialah temanku sejak awal pertemuan itu dimulai pada suatu pekerjaan yang sama di perusahaan.

Namun, aku sudah terlebih dahulu untuk berhenti bekerja dalam suatu perusahaan tersebut. Namun, berbeda dengan mawar saat ini ia masih berstatus karyawan. Di meja dan kursi panjang kira bertatap muka dengan wajah serius. Untuk mengobrol lebih panjang dan dalam. Aku yang bertanya pada mawar, apa alasan dirinya masih bekerja di perusahaan tersebut. Dengan singkat, padat, dan jelas. Tanpa panjang dan lebar ia menjelaskan dengan satu kalimat saja "survive" ucap mawar, sambil tertawa kecil pada ucapannya.

Memang mawar sendiri yang sudah berkeluarga hanya ingin bisa survive saja untuk bisa menghidupi hidup keluarga kecilnya, ia, tak masalah dengan keadaan saat ini. Mencap dirinya bahwa sedang sakit untuk bisa makan sehari-hari dengan hasil secukupnya. Bahkan, terkadang ia juga tertimpa hutan-piutang yang tak pernah selesai. Tapi, kesakitan dalam sehari-harinya masih ia toleransikan dengan wajahnya yang suka senyum sebagai tipu daya yang di alaminya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun