Pergantian tahun ajaran baru sudah terlewati. Rasanya jika kita cermati masih sama dengan tahun ajaran baru sebelumnya bahwa tidak adanya progres kemajuan dalam pendidikan. Nyatanya banyak hambatan pembelajaran yang sama sekali belum mampu diselesaikan. Salah satu hambatan yang memang belum mampu ditangani adalah menurunnya mutu.
Mutu ini berkaitan erat dengan kualitas. Seberapa baik pendidikan kita sekarang ini? Itulah penilaian mutu yang menyatakan nilai dari suatu barang. Namun disini, pendidikan bukanlah diartikan sebuah barang melainkan sebuah proses yang menyatakan nilai. Nilai sangat menetukan kualitas. Jadi, jika pendidikan memiliki kualitas baik, maka mutu juga baik.
Jika kita perhatikan secara seksama bahwa menurunya mutu disebabkan karena rendahnya minat belajar siswa. Siswa sekarang ini sangat malas belajar. Ini disebabkan pembelajaran yang masih bersifat daring dan kurangnya pengarahan dari guru. Pengarahan ini hanya bersifat sementara sehingga tidak ada kontak emosional dalam pembelajaran. Tanggung jawab guru untuk mengajarkan materi kepada siswa juga berkurang karena hanya sebatas mengecek apakah siswa sudah mengumpulkan tugas.
Dilema yang tak berkesudahan. Pendidikan kita seakan-akan terobang ambing tak ada arah. Mau diarahkan kemana pendidikan kita? Bagaimana tindaklanjutnya? Ini yang mesti harus kita pikirkan bersama. Generasi emas anak bangsa harus kita selamatkan. Dengan cara apa kita menyelamatkan? Yaitu dengan perbaikan mutu secepat mungkin dan menyelaraskan pendidikan kita sesuai ajaran pendahulu.
Kita akui bersama bahwa sejak pendemi Covid-19 ini melanda negeri khatulistiwa, pendidikan mulai tergeser kearah kemerosotan. Nilai tidak lagi memiliki arti apalagi moral. Anak-anak sekolah disibukan dengan permaian yang tidak mendidik seperti game. Mereka sudah tidak mengenal lagi apa itu membaca, menulis, dan berdiskusi. Mereka asik dengan diri sendiri tanpa ada pengawasan. Selain itu, kesulitan pembelajaran juga dihadapi oleh beberapa siswa yang tidak bisa memecahkan soal pelajaran. Mereka hanya bisa mengeluh tanpa adanya solusi.
Lupa Â
Kita seakan-akan lupa pada tujuan pendidikan kita. Kita sibuk pada peran masing-masing. Kita sebagai orang tua atau pendidik lupa bagaimana nasib anak kita dikemudian hari nanti. Akankah mereka bisa bertahan mengandalkan kecerdasan untuk membangun bangsa. Negeri ini membutuhkan mereka yang mau meneruskan perjuangan.
Kekhawatiran ini harus segera kita pupuk bersama. Kita harus sadar bahwa mereka membutuh uluran pemikiran kita untuk membangun. Membangun sebuah tatanan baru yang berasas pendidikan nilai dan moral. Kita harus membentuk pola pikir mereka agar mau belajar, berhitung, dan memecahkan masalah. Itulah tujuan pendidikan sebenarnya.
Disini kita bisa memahami bahwa tugas kita belum selesai. Pekerjaan rumah sekarang adalah Selamatkan Pendidikan. Pendidikan harus diarahkan ke jalur yang benar, tujuan, visi, misi yang selama ini kita gemakan. Anak didik harus mendapat prioritas jangan sampai kita fokus pada zona nyaman sehingga lupa memikirkan masa depan. Â Â