Mohon tunggu...
Fadzul Haka
Fadzul Haka Mohon Tunggu... Wiraswasta - Follow Thyself!

Wirausahawan yang menyamar jadi penulis. Di samping tulis-menulis dan berdagang, saya mengaktualisasikan gelar Sarjana psikologi dengan merintis riset mengenai dramatherapy dan poetry therapy secara otodidak. Nantikan tulisan saya lainnya: Cerpen dan Cerbung Jum'at; Puisi Sabtu; dan Esai Minggu. Saya senang jika ada kawan diskusi, jadi jangan sungkan-sungkan menghubungi saya: email: moch.fariz.dz13@gmail.com WA: 081572023014

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Jadilah Pencipta Nilai-Nilai Baru!

19 Mei 2020   05:45 Diperbarui: 19 Mei 2020   05:47 203
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Judul: The Will to Power Kekuasaan dan Hasrat yang Melampaui Kemampuan Diri Manusia

Penulis: Friedrich Wilhelm Nietzsche

Penerbit: Narasi

Cetakan: satu, 2019

Tebal: 328 hlm.

ISBN: 978-602-5792-35-9

Mendengar nama Nietzsche tidak lengkap bila tidak dibayangi kumis tebalnya, warta kematian Tuhan, konsep ‘kehendak untuk berkuasa’, atau kegilaan di akhir hidupnya yang dihubung-hubungkan dengan penyakit sifilis. Anomali dalam dunia filsafat, terutama bila ditinjau dari gaya kepenulisannya yang tidak sistematis, aforistik, dan berapi-api dalam melancarkan kritik-kritiknya. Namun, buku yang satu ini justru anomali dari anomali: terdiri dari sekumpulan fragmen yang mengarah pada sistematisasi gagasannya; tidak ketinggalan muncul nama-nama filsuf seperti Goethe, Hegel, Rosseau, Spinoza, dan Voltaire.

Di bandingkan karya Nietzsche lainnya, buku ini bukan untuk pembaca pemula meskipun disusun secara tematis, diuraikan secara gamblang dan jauh dari ‘akrobat bahasa’, misalnya seperti dalam Beyond Good and Evil dan Twillight of Idols. Untuk membaca buku ini, Anda perlu mengenali Nietzsche yang menghantui pikiran Anda. Untuk mengenalinya, Anda perlu membaca minimal tiga bukunya, pernah menjadi skeptis jadi-jadian yang membuat risih orang beragama, merasa suram dan pesimis dalam merenungi kehidupan, namun sanggup mengatasi perasaan tersebut. Di atas segalanya, seperti kata Nietzsche sendiri: “Become what you are!” dan “Ja sagen!” – katakan ‘ya’ pada kehidupan.

Dengan mempertimbangkan kriteria tadi, ada baiknya kita mendekati karya yang satu ini sebagai latihan psikologis. Di satu sisi, kita perlu menyadari bahwa Nietzsche membuat tafsiran psikologis terhadap nihilisme dalam ajaran Kristen dan peradaban Barat, sampai proyek filsafat dan kebenaran itu sendiri. Di sisi lain, kita mengarahkan kritik Nietzsche pada diri sendiri, demi merasakan apakah benar bahwa segala yang kita tahu dan dianggap bernilai merupakan perspektif terhadap tubuh sendiri – suatu keberadaan paling konkrit – dan di balik perspektif ini, tidak lain tidak bukan kehendak untuk berkuasa?

Itu berarti memasuki agon (istilah Yunani Kuno untuk ‘konflik’ dan ‘kontes’, baik kontes olahraga maupun kesenian) dalam menghadapi tiap halaman The Will to Power. Menguji seberapa jauh kita mampu menerima kontradiksi kehendak di dalam diri. Dan kita keluar dari agon tersebut bukan sebagai petarung, melainkan penari yang disaweri mata uang baru, membuat dunia mengakuinya sebagai trend yang layak dikenang, bahkan menjadi seperti dewa Siwa: menghancurkan, agar dapat menciptakan.

Sehingga, interpretasi merupakan hal yang berharga dalam membaca Nietzsche, dibanding pemahaman terhadap konsepnya seperti yang dipikirkan Nietzsche sendiri. Lagi pula apalah kebenaran itu, kalau kata Nietzsche, selain kekeliruan yang belum disadari sebagai kekeliruan? Bila diinterpretasikan secara psikologis, mengapa kita menginginkan kebenaran, tepatnya dalam versi tertentu, dan apa untungnya bagi kita di tengah kesengsaraan yang dikatakan sebagai kehidupan?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun