Di sudut dunia yang tak banyak dikenal, di sebuah desa kecil di Sulawesi, seorang anak lahir di bawah cahaya komet yang membelah langit malam. Genderang kuno yang dikenal sebagai Bara'ba berdentum dengan sendirinya --- pertanda yang selama berabad-abad hanya ada dalam bisikan legenda. Anak itu bernama Vali, dan sejak detik pertama ia menghirup udara dunia, takdirnya telah terpatri: menjadi penjaga cahaya di tengah kegelapan zaman.
Novel Vali bukan hanya sebuah cerita, tetapi sebuah jembatan antara masa lalu, masa kini, dan masa depan. Di dalamnya, pembaca akan menemukan gema dari tradisi kuno seperti Deepavali --- festival cahaya yang dikenal di seluruh dunia Hindu sebagai perayaan kemenangan terang atas gelap, kebaikan atas kejahatan, harapan atas keputusasaan. Apa yang menarik, festival ini sejatinya tak hanya sekadar ritual budaya, tetapi sebuah memori kolektif manusia akan siklus kosmis yang terus berulang: munculnya sosok cahaya pada saat dunia memasuki malam tergelapnya.
Di Vali, narasi ini hidup dalam bentuk baru. Dunia yang nyaris runtuh karena peperangan, kekacauan global, dan dominasi teknologi menemukan titik baliknya melalui hadirnya Vali. Ia bukan sekadar pahlawan, tetapi manifestasi arketipal dari cahaya itu sendiri --- cahaya yang telah lama diramalkan dalam berbagai mitos, termasuk yang kita rayakan tanpa selalu memahami kedalamannya.
Yang membuat Vali istimewa adalah bagaimana novel ini memadukan sains, mitologi, spiritualitas, dan konflik manusiawi dalam satu tarikan napas. Angka-angka misterius seperti 126 tak sekadar muncul sebagai hiasan numerik, tetapi membawa makna kosmik yang menyentuh batas antara fisika dan metafisika. Di tangan sang penulis, angka itu menjelma menjadi jembatan antara laboratorium, kitab suci, dan nubuatan kuno.
Seperti halnya Deepavali yang dirayakan dengan cahaya lampu dan petasan, novel ini membawa pembacanya dalam sebuah perayaan intelektual dan spiritual: memikirkan ulang tentang terang dan gelap, tentang takdir dan pilihan, tentang apa artinya menjadi manusia di ambang zaman baru.
Mengapa Anda harus membaca Vali sekarang?
Karena kita semua, pada satu titik, mencari makna dalam kegelapan. Dan Vali adalah lentera yang menyala di lorong-lorong pencarian itu. Di balik aksinya yang memukau, novel ini mengajak kita merefleksikan siapa sebenarnya musuh kita, dan cahaya macam apa yang perlu kita bawa untuk menang.
Pratinjau novel Vali kini telah tersedia di Google Play Books.
Jangan lewatkan kesempatan menjadi bagian dari pembaca pertama yang menyelami saga yang disebut-sebut sebagai salah satu karya epik spiritual-sains paling menggugah dalam sastra kontemporer Indonesia. Baca pratinjau novel ini sekarang di Google Play BooksÂ
"VALI --- novel epik spiritual-sains tentang cahaya di akhir zaman, terinspirasi memori kolektif manusia."
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI