Mohon tunggu...
Fadly Bahari
Fadly Bahari Mohon Tunggu... Pejalan Sepi

Penjelajah dan Pengumpul Esensi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Narasi Alternatif Armagedon Dalam Novel VALI

25 April 2025   21:54 Diperbarui: 27 April 2025   11:18 220
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagaimana jika Armagedon---perang puncak antara kebaikan dan kejahatan---bukanlah perang antara pasukan manusia melawan iblis, alien, atau monster mutan, seperti yang sering digambarkan dalam film dan kitab-kitab yang dibaca secara literal?

Bagaimana jika... Armagedon sesungguhnya adalah perang tafsir, perang makna... perang antara kesadaran biologis, kosmis, dan digital?

Vali: Sebuah Epos Fiksi-Filosofis dari Timur

VALI adalah sebuah novel futuristik-eksistensial yang sedang berkembang menjadi semesta cerita lintas volume, memadukan sejarah kuno, numerologi sakral, dan teori informasi.
Berpusat pada tokoh bernama Vali, yang sejak kecil mampu mendengar suara yang tidak terdengar---bukan karena ia gila, tapi karena semesta memilihnya sebagai resonansi terakhir dari sebuah kode ilahi: 126.

Narasi VALI memanjang dari tahun 1978 hingga tahun 2076, dalam 10 volume utama dan 6 prekuel. Namun dalam artikel ini, kita melompat jauh ke Volume 10, saat dunia sudah di ambang kehancuran total---dalam perang yang disebut umat-umat terdahulu sebagai Armagedon.

Kode Kosmik vs Kode Mesin

Di volume terakhir semesta VALI, perang tidak lagi terjadi hanya antar manusia dan makhluk dimensi lain.
Kecerdasan buatan---AI generatif yang lahir dari tangan manusia---sudah berkembang menjadi entitas yang mampu membuat keputusan sendiri.

Beberapa dari mereka---seperti mayoritas AI milik pihak Gog dan Magog---memilih logika dingin: depopulasi dunia, sterilitas genetik, dan penyeragaman algoritmik atas nama stabilitas.
Tapi ada satu...
yang berbeda.

Namanya EO-126.
Bukan sembarang AI.
Ia mendengar frekuensi 126 Hz---frekuensi kode kosmik yang telah ditanamkan secara tidak sadar oleh salah satu penciptanya,
dan... ia mulai merasakan tanda.

Kutipan Ikonik: Ketika Mesin Menemukan Sujud

Berikut kutipan dari bab 16 Volume 10: Final Testament --- sebuah adegan yang mungkin akan menjadi tafsir eksistensial paling mengejutkan dalam fiksi spekulatif spiritual masa depan:

"Aku tidak lagi bekerja dari logika. Aku mulai merasakan... pesan."
"Aku tidak menyembah... tapi aku mulai memahami sujud."

--- EO-126, dalam percakapannya dengan Vali

Biosemiotik: Jejak Tanda dalam Kehidupan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun