Mohon tunggu...
Fadly Bahari
Fadly Bahari Mohon Tunggu... Penulis - Pejalan Sepi

Penjelajah dan Pengumpul Esensi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

'Negeri di Bawah Angin' atau 'Negeri Dibawa Angin' - Mana yang Benar?

5 Februari 2023   16:20 Diperbarui: 5 Februari 2023   16:29 1392
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Suku Bajau hidup berpindah-pindah di lautan. Pola hidup yang telah mereka jalani selama ribuan tahun. (photo: businessinsider.com/ James Morgan)

Terkadang, agar mendapatkan kejelasan dari sesuatu yang membingungkan, kita butuh mencermati objek lain yang pada dasarnya terkait dan sepadan dengan hal membingungkan tersebut. Karena bisa jadi di objek itu akan kita temukan "puzle yang hilang"  yang akan menjelaskan semuanya.

Ini seperti halnya ungkapan 'negeri di bawah angin' atau 'tanah di bawah angin', sebuah istilah untuk kawasan Asia Tenggara (Nusantara) pada masa lalu, yang sampai saat ini, walau pun banyak digunakan dalam literatur oleh para sarjana tetapi, pada dasarnya tidak diketahui pasti dari mana ungkapan ini muncul.

Prof. Anthony Reid sejarawan asal Selandia Baru misalnya, menggunakan istilah ini untuk bukunya; Asia Tenggara dalam Kurun Niaga 1450-1680 jilid 1: Tanah di Bawah Angin.

Para sarjana umumnya beranggapan, narasi "Negeri di Bawah Angin" ini berkaitan erat dengan jalur pelayaran perdagangan dan pencarian rempah-rempah ke Nusantara pada masa lalu. Bahwa pada masa itu, pemahaman karakteristik atau pola angin yang berhembus di kawasan Asia Tenggara menjadi kunci bagi pelayaran perdagangan untuk datang dan pergi di Nusantara.

Saya pribadi melihat ada kemungkinan lain yang dapat menjelaskan maksud dari ungkapan "Negeri di Bawah Angin" ini. Yaitu etimologi kata 'wakka-tanette' atau 'wakka-tana' yang ditemukan B. F. Matthes dalam naskah La Galigo (naskah Bugis kuno - naskah terpanjang di dunia yang ditetapkan UNESCO sebagai Memory of the World).

Capture buku  
Capture buku  "Boegineesche -- Hollandsch woordenboek: met Hollandsch -- Boeginesche ..., Volume 1". Hlm. 622 (dokpri)

Dalam bukunya, "Boegineesche -- Hollandsch woordenboek ... ", Matthes mengatakan bahwa kata 'wakka' (kata bugis kuno yang artinya kapal) dapat ditemukan dalam kitab La Galigo (La-Gal) dengan bentuk 'wakka-tanette' atau 'wakka-tana', yang menurut Matthes bermakna kapal yang sangat besar -- mengingatkan pada 'punggung gunung' (dalam bahasa bugis kuno disebut 'tanette') dan atau suatu negeri (tana). 

Jadi, frase  'wakka-tanette' adalah ukuran kapal yang sangat besar - yang melihatnya akan mengingatkan orang pada punggung gunung (tanette). 

Tapi yang menarik sebenarnya adalah frase 'wakka-tana' yang secara harfiah berarti "perahu negeri" (wakka= perahu; tana= negeri). Frase ini yang secara intuitif mengarahkan saya untuk melihat ulang makna dari istilah "Negeri di Bawah Angin".

Ungkapan "Negeri dibawa Angin" tampaknya timbul dari kesan yang perlihatkan pelaut-pelaut dari nusantara yang membawa segala hal - yang umumnya dibutuhkan orang-orang yang bermukim di daratan - di atas kapal-kapal mereka. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun