Mohon tunggu...
Fadly Bahari
Fadly Bahari Mohon Tunggu... Penulis - Pejalan Sepi

Penjelajah dan Pengumpul Esensi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kajian Surat Al Ahzab Ayat 33 yang Mengisyaratkan Kaitan Antara Al Mahdi (Imam Tersembunyi) dan Satria Piningit (Satria Tersembunyi)

4 Oktober 2021   10:57 Diperbarui: 4 Oktober 2021   11:01 1115
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Telah sejak lama bunyi ayat 32, 33, dan 34 dari surat Al Ahzab menjadi bahan perdebatan para ahli, baik itu dikalangan ulama Islam hingga ilmuwan barat yang mengkhususkan penelitiannya pada dunia Islam.

Perdebatan tersebut terutama tertuju pada adanya perubahan (penggunaan) bentuk jamak feminin (kunna) yang digunakan pada ayat 32 dalam kalimat yang bunyinya menyapa para istri nabi -- ke bentuk jamak maskulin (kum) di ayat 33 dalam kalimat di mana Allah menyapa ahlul bait -- lalu, kembali menggunakan bentuk jamak feminin pada ayat 34.

Didasari atas keganjilan inilah maka pembahasan tentang ahlul bait di kalangan ulamat menjadi begitu beragam. Ini oleh karena Al Quran sebagai rujukan utama -- hanya dua kali menyebut frase ahlul bait, yaitu pada surat Al Hud ayat 73 (11:73) dan surat Al Ahzab ayat 33 (33:33).

Dan di surat Al Ahzab ayat 33 lah di mana Allah secara eksplisit menyatakan keinginannya untuk memurnikan (menghilangkan dosa) ahlul bait. Jika diperhatikan, nomor surat Al Ahzab (33) dan nomor ayat 33 memang mencolok karena angka yang kembar. Keunikan ini tentu saja ada maknanya. Ini terkait erat dengan Al Mahdi. Namun agar pembahasan tidak melebar, ada baiknya hal itu saya ulas di lain kesempatan saja.

Jadi, pada ayat 32 pada kalimat "Wahai istri-istri Nabi! Kamu tidak..." (ya nisa'an-nabiyyi lastunna...) digunakan 'kunna' bentuk jamak feminin.

Di awal ayat 33 pada kata 'rumahmu' (buytikunna) masih menggunakan bentuk jamak feminin 'kunna'. Namun, di bagian akhir ayat tiba-tiba bentuk jamak yang digunakan berubah menjadi 'kum' (bentuk jamak maskulin), yaitu pada frase 'memurnikanmu' (yuahhirakum).

Lalu kembali menggunakan bentuk 'kunna' lagi di ayat 34 pada frase  'rumahmu' (buytikunna).

Menarik pula untuk mencermati secara lebih mendalam tinjauan kebahasaan untuk frase 'yuahhirakum' yang disajikan di halaman situs corpus.quran.com berikut ini...

dicapture dari halaman situs corpus.quran.com (dokpri)
dicapture dari halaman situs corpus.quran.com (dokpri)

Kata 'yutahhira' dijelaskan sebagai bentuk kata kerja tidak sempurna untuk orang ketiga tunggal (maskulin). Di sisi lain, kata 'yutahhir' juga dijelaskan sebagai subjunctive mood yaitu bentuk pengandaian (untuk menggambarkan) situasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun