Mohon tunggu...
Fadly Bahari
Fadly Bahari Mohon Tunggu... Penulis - Pejalan Sepi

Penjelajah dan Pengumpul Esensi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Kumara Sang Dewa Perang yang Disebut Jayabaya dalam Wangsitnya

26 Maret 2021   21:44 Diperbarui: 31 Agustus 2023   16:31 9820
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(sumber: pinterest.com - Uploaded by Haryram Suppiah)

Aspek "awet muda" pun secara nyata diisyaratkan pada kalimat terakhir dalam Rig Veda Himne 5.2. 4 "They who were grey with age again grow youthful", artinya: Mereka yang menguban/kelabu seiring bertambahnya usia (akan) kembali tumbuh awet muda.

Berikut ini bunyi selengkapnya Rig Veda Himne 5.2. 4:

I saw him moving from the place he dwells in, even as with a herd, brilliantly shining. These seized him not: he had been born already. They who were grey with age again grow youthful. (Rig Weda yang diterjemahkan dalam bentuk bahasa Inggris oleh Ralph T.H. Griffith)

Kumara sebagai Dewa Perang

Kumara adalah nama lain dewa Kartikeya, yang banyak dibahas dalam teks-teks tradisi Hindu sebagai Dewa Perang yang memimpin tentara para dewa dalam perang besar melawan golongan iblis yang dipimpin oleh Taraka.

Taraka atau Tarakasura adalah Asura (setan) yang diberi anugerah hanya akan dapat dibunuh oleh seseorang yang sekuat Dewa Siwa, dan hanya Putra Dewa Siwa saja yang akan dapat sekuat Dewa Siwa. 

Dalam satu riwayat disebutkan, Taraka meyakini kemungkinan bahwa Siwa akan memiliki anak tidak akan terjadi setelah kematian Sati.

Dalam riwayat lain disebutkan, karena Dewa Siwa adalah seorang pertapa maka, Taraka berkeyakinan Siwa tidak akan menikah yang berarti tidak akan memiliki anak. Karena itu, Taraka meyakini dirinya tidak akan terkalahkan. 

Dalam Riwayat yang paling populer, dikisahkan bahwa ketika para dewa cemas dengan angkara murka yang disebabkan oleh iblis Taraka, mereka mengirim Parvati untuk membujuk Siwa menikahinya. 

Shiva, yang telah larut dalam meditasi, pada awalnya tidak tertarik pada Parvati sampai dia terkena panah dari busur Kama, dewa cinta. 

Karena telah bertahun-tahun berpantang, benih Siwa menjadi begitu kuat sehingga para dewa, karena takut akan hasilnya, mengirim Agni, dewa api, untuk menghentikan permainan asmara Siwa dengan Parvati. 

Agni menerima benih dari Siwa dan lalu menjatuhkannya ke Sungai Gangga, tempat Skanda atau Kumara terlahir. Jadi, Kumara tidak terlahir dari rahim Parvati, tetapi terlahir dengan cara yang diluar kebiasaan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun