Mohon tunggu...
Fadly Bahari
Fadly Bahari Mohon Tunggu... Penulis - Pejalan Sepi

Penjelajah dan Pengumpul Esensi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Kata "Kapal, Pulau, dan Kuil" Bukti Beberapa Bahasa Dunia Memiliki Asal-usul DNA yang Sama

31 Mei 2020   16:01 Diperbarui: 30 Juni 2020   13:44 1219
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pelayaran Kon Tiki mengarungi samudera Pasifik pada tahun 1947 (sumber: www.britannica.com)

Hal yang paling menguatkan untuk hipotesis bahwa sebutan ceylon ataupun serendip sesungguhnya merujuk pada pulau Sulawesi terdapat pada makna kata 'cella' yang berari "merah" dalam bahasa Tae'.

Merujuk pada Pendapat M. Ramachandran dalam bukunya "The spring of the Indus civilisation" ((1991 :34) yang mengatakan bahwa Pada masa lalu Srilanka dikenal sebagai "Cerantivu" (bentuk awal dari serendip) yang artinya "pulau Cera". [kata "tivu" artinya "pulau" dalam bahasa Tamil]. 

Kata 'Cera' sendiri dianggap M. Ramachandran merujuk Dinasti Chera yang berkuasa di India Selatan pada masa kuno. Tapi, yang menarik karena dalam bahasa lokal di sulawesi selatan, 'cera' dapat berarti "darah" dan lebih jauh dapat pula dimaknai "warna merah". Jadi, Cerantivu atau pulau Cera dapat dikatakan bermakna sebagai "pulau merah".

Dari penjelasan di atas, dapat kita lihat jika kata 'cella' merujuk pada nama sebuah pulau, sementara kata 'shrine' dapat diduga merupakan bentuk derivasi dari kata seren-dip, yang juga merupakan nama pulau, yaitu nama pulau Sulawesi di masa kuno. 

Interpretasi filosofis yang dapat dibangun dalam mencermati fenomena sebutan "kuil" terlahir dari makna "pulau" atau pun "kapal" pada masa kuno, adalah bahwa, bisa jadi orang di masa kuno melihat kehidupan di dunia ini analoginya seperti berada dalam sebuah lautan samudera yang luas.

Kehidupan yang ada di luar kuil (di luar "pulau atau kapal") adalah kehidupan yang liar layaknya gelombang laut yang ganas. Sementara kehidupan di dalam kuil terutama di dalam 'cella' adalah simbolisasi inti kesadaran yang merupakan sumber ketenangan hidup.

Makna "merah" yang diserap untuk makna "pulau", "negeri", ataupun "kapal" dalam beberapa tradisi suku bangsa di dunia.

Hal menarik lainnya, yaitu, sebutan kata pulau dalam bahasa Icelandic yaitu "eyja" pada dasarnya bermakna "merah" pula dalam bahasa lokal di Sulawesi Selatan. Kata 'eja' yang berarti "merah" dapat kita temukan digunakan PSM dalam julukannya yaitu "Juku Eja" yang berarti: Ikan Merah.

'eyja' yang berarti 'pulau' dalam bahasa Icelandic (dokpri)
'eyja' yang berarti 'pulau' dalam bahasa Icelandic (dokpri)

Dalam bahasa Lydia (bahasa yang digunakan antara tahun 700-200 SM di Anatolia barat atau Turki pada hari ini) kata 'Bira' berarti: Rumah, yang kemungkinannya dapat pula bermakna 'negeri'. Kata 'Bira' dapat diduga terkait dengan kata 'Mira' yang berarti "merah".

Dalam bahasa Sanskerta/ India, khususnya di wilayah timur Uttar Pradesh, kata Beera berarti "berani", yang kita ketahui merupakan perlambangan sifat dari warna merah.

Dalam tradisi orang Indian "Wyandot" yang menghuni kawasan Amerika Utara, kata 'Myeerah' memiliki hubungan erat dengan makna bahari.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun