Mohon tunggu...
Fadly Bahari
Fadly Bahari Mohon Tunggu... Penulis - Pejalan Sepi

Penjelajah dan Pengumpul Esensi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Umur Panjang Hawa dan Konsekuensinya

12 Mei 2020   10:29 Diperbarui: 12 Mei 2020   21:52 2608
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: pinterest.co.uk/annajnsson

"Bukan ini dan bukan itu, melainkan aku telah membunuh mereka semuanya," jawab dunia. 

Isa berkata: "Alangkah menyedihkannya para suamimu yang masih hidup. Karena mereka tidak belajar dari para suamimu yang terdahulu, dan juga tidak berhati-hati padamu."

Riwayat pertemuan Nabi Isa dan "Dunia" ini jelas menggunakan bentuk metafora. Sangat jelas bahwa "nenek tua" yang dimaksud dalam riwayat tersebut bukanlah dunia dalam makna abstrak.

Sementara itu dalam tradisi Islam terkait riwayat perjalanan Isra Mi'raj Nabi Muhammad, diceritakan bahwa di tengah perjalanan itu, nabi Muhammad dicegat dan diseru oleh seorang nenek-nenek tua yang memanggilnya, kemudian Jibril menyeru agar terus berjalan saja. 

Jibril kemudian menjelaskan bahwa nenek tua itu menunjukkan bahwa umur dunia hanyalah sependek seperti umur nenek tersebut.

Jadi apakah sang pemohon umur panjang masih hidup hingga hari ini? jawabannya masih rahasia Allah... :)

Namun jika merujuk pada beberapa pendapat ulama yang mengatakan bahwa Nabi Khidir, dengan berdasar pada beberapa dalil, seperti Al Quran surat Al-Anbiya ayat 34: "Kami tidak menjadikan kehidupan abadi bagi seorang manusiapun sebelum kamu (Muhammad). Maka jikalau kamu mati, apakah mereka akan kekal". 

Maka bisa jadi sang pemohon umur panjang telah meninggal dunia. Tapi entahlah, ini sekali lagi saya katakan masih menjadi rahasia Allah.

Patung Kerudung Isis

Disebutkan oleh Plutarch (seorang penulis Yunani pada akhir abad pertama dan awal abad kedua Masehi), bahwa Di kota Sais Mesir, terdapat patung Isis yang memiliki prasasti bertuliskan kalimat "Aku adalah semua yang telah dan akan dan akan terjadi; dan tidak ada manusia yang pernah mengangkat kerudungku (membuka tabirku)"

Lebih dari 300 tahun setelah Plutarch, filsuf Neoplatonis Proclus menulis tentang patung yang sama dalam Buku  yang membahas Komentarnya tentang "Timaeus" Plato. 

Dalam versinya, terdapat penambahan di kalimat ketiga, menjadi: "Aku adalah semua yang telah dan akan terjadi; tidak ada seorang pun yang pernah mengangkat kerudungku (membuka tabirku); Buah rahimku adalah matahari"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun