Mohon tunggu...
Fadly Bahari
Fadly Bahari Mohon Tunggu... Penulis - Pejalan Sepi

Penjelajah dan Pengumpul Esensi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Sejarah Ekspedisi Arkeologis Nazi Jerman ke Tibet

25 Februari 2020   05:20 Diperbarui: 25 Februari 2020   05:26 1746
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ernest Schafer (penjelajah Jerman) dalam ekspedisi di Tibet untuk Ahnenerbe NAZI (sumber: www.dailymail.co.uk)

Pada tahun 1935, berdiri sebuah lembaga penelitian elit Nazi bernama Ahnenerbe. Nama itu berasal dari kata Jerman yang agak kabur, yang berarti "sesuatu yang diwarisi dari nenek moyang."  Misi resmi Ahnenerbe adalah untuk menggali bukti baru tentang pencapaian nenek moyang Jerman "menggunakan metode ilmiah yang tepat." (Kenneth Hite: The Nazi Occult, 2013: 20)

Pendiri Ahnenerbe terdiri dari: Herman Wirth, seorang sejarawan Belanda-Jerman, sarjana agama dan simbol kuno, yang terobsesi dengan Atlantis; Walter Darre pencipta ideologi 'Darah dan Tanah' Nazi, dan menjabat sebagai Menteri Pangan dan Pertanian Reich dari tahun 1933 hingga 1942 ; serta Heinrich Himmler, kepala Gestapo dan SS  ( Schutzstaffel ).

Besarnya penolakan masyarakat ilmiah Eropa pada saat itu terhadap doktrin rasialis "ras arya" sebagai ras unggul umat manusia, mendorong Hitler dan Partai Nazinya, untuk membuktikan kebenaran doktrin mereka dengan melakukan penelitian secara  ekstensif untuk menggali dan mengumpulkan bukti arkeologis tentang sejarah budaya dan karakteristik ras Arya di berbagai penjuru dunia.

Organisasi ini memiliki banyak  cabang berbeda, yang menangani lebih dari seratus total proyek penelitian. Penggalian arkeologi dilakukan di Jerman, Yunani, Polandia, Islandia, Rumania, Kroasia dan banyak negara lain, termasuk Afrika dan Rusia (bagian yang diduduki). Tibet terutama menjadi prioritas bagi para peneliti, dan khususnya Institute for Inner Research Asia. (sumber di sini)

Pengamat sejarah modern sebagian besar menganggap bahwa "operasi Arkeologis Ahnenerbe' tidak ada bedanya dengan "bisnis pembuatan mitos". Para peneliti terkemuka yang turut mengabdikan diri dalam kegiatan penelitian tersebut, dianggap telah berupaya mendistorsi kebenaran dan mengaduk-aduk bukti - yang dirancang dengan hati-hati untuk mendukung ide-ide Adolf Hitler, sekaligus mendukung tujuan politis untuk menguatkan nasionalisme Nazi Jerman.

Hitler telah mempromosikan ide-idenya tentang kebesaran leluhur Jerman dalam bukunya tahun 1925, Mein Kampf . Hitler percaya bahwa Ras Arya - yang berpostur tinggi besar, berambut pirang, yang umumnya ditunjukkan oleh orang Eropa utara atau "Nordic" - Memiliki kejeniusan yang dibutuhkan untuk menciptakan peradaban. Kebanyakan orang Jerman modern, katanya, adalah keturunan bangsa Arya kuno ini.

Pendapat Hitler tersebut, oleh sebagian besar sarjana dan ilmuwan di luar Jerman, dianggap sebagai gagasan tentang evolusi manusia dan prasejarah yang omong kosong, hal ini didasari oleh alasan, oleh karena tidak adanya bukti bahwa masyarakat Eropa Utara pernah memulai perkembangan besar dalam prasejarah, seperti pengembangan pertanian maupun penulisan - yang kesemua itu telah terbukti secara ilmiah hadir pertama kali di Timur Dekat dan di Asia.

Besarnya penolakan sarjana dan ilmuwan Eropa pada saat itu, tidak menyurutkan langkah Heinrich Himmler yang terkenal memiliki minat besar pada hal yang berbau mistis dan gaib peninggalan dunia kuno. Himmler menganggap penolakan tersebut tidak lebih dari kegagalan para sarjana tersebut dalam mengungkap bukti dari Ras Arya yang begitu agung menerangi obor peradaban dan melahirkan semua kesempurnaan budaya manusia.

Tapi dari manakah sesungguhnya ide-ide Hitler dan Himmler tentang keagungan Ras Arya mulai bersemi?

Pada umumnya, sejarawan sepakat jika Friedrich Max Muller (1823 - 1900),  seorang filolog dan orientalis kelahiran Jerman , yang tinggal dan belajar di Inggris hampir sepanjang hidupnya,  diidentifikasi sebagai penulis pertama yang menyebutkan "ras Arya" dalam bahasa Inggris. (sumber di sini)

Dalam Kuliahnya tentang Ilmu Bahasa (1861), Muller menyebut Arya sebagai "ras manusia". Pada saat itu, istilah ras memiliki arti "sekelompok suku atau bangsa, kelompok etnis". Konsep Muller tentang Aryan kemudian ditafsirkan untuk menyiratkan sub-kelompok manusia yang berbeda secara biologis. Arthur de Gobineau misalnya, berpendapat bahwa orang Arya mewakili cabang manusia yang unggul. (sumber di sini)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun