Mohon tunggu...
Fadly Bahari
Fadly Bahari Mohon Tunggu... Penulis - Pejalan Sepi

Penjelajah dan Pengumpul Esensi

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Artikel Utama

Linguistik Komparatif dan Fungsinya dalam Mengungkap Sejarah Kuno

18 November 2019   21:21 Diperbarui: 20 November 2019   13:02 933
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: wikipedia.org

Keberadaan termiologi "deluge" (Inggris kuno) atau dalam bentuk yunani kuno-nya "loeo" - yang menunjukkan kesamaan fonetis dengan kata "teluk" dan "luwu", pada prinsipnya dapat menjadi fakta yang tidak terbantahkan terhadap hipotesis adanya persebaran atau migrasi budaya dari nusantara ke dunia barat pada masa kuno. 

Dapat dikatakan jika ini adalah jejak sejarah kuno manusia yang hilang dalam kabut waktu setelah berlalu dalam kurun waktu ribuan tahun. 

Sebelum memasuki penjelasan lebih jauh, mohon mencermati gambar berikut ini... 

(Dokumen Pribadi)
(Dokumen Pribadi)

Pada gambar di atas dapat kita lihat jika kata "deluge" atau pun "loeo" meskipun homophone dengan kata "teluk" dan "loeo" namun tidak lagi menyandang makna yang sama dengan luwu (yakni: teluk). Pada gambar di atas, terlihat bahwa makna leksikon "deluge" dan "loeo" lebih berkisar pada: Great flood (banjir besar/air bah), wash (mencuci), wash away (membasuh / mencuci bersih) purify (memurnikan), cleanse (menjernihkan).

Namun demikian, makna leksikon "deluge" dan "loeo" tersebut pada kenyataannya dapat pula ditemukan korelasinya pada sebuah toponim di wilayah Luwu, yakni sebuah kampung tua bernama "Sassa'" yang memiliki arti "mencuci". Daerah Sassa' saat ini masuk dalam wilayah administrasi kecamatan Baebunta, kabupaten Luwu Utara.

Demikianlah, penelusuran yang dibahas dalam tulisan ini bisa jadi merupakan pintu masuk dalam mengurai sejarah manusia yang telah sangat sangat kuno. 

Pemahaman holistik yang sekiranya dapat terbangun adalah bahwa segala temuan-temuan arkeologis di pulau Jawa, Sulawesi, Sumatera, ataupun di pulau-pulau lainnya di wilayah Nusantara, pada dasarnya merupakan tinggalan arkeologis dari masyarakat kuno yang memiliki pertalian yang sama, yang telah mendiami kawasan ini selama ribuan tahun.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun