Mohon tunggu...
Fadly Bahari
Fadly Bahari Mohon Tunggu... Penulis - Pejalan Sepi

Penjelajah dan Pengumpul Esensi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Hujan Telah Tiba: Saatnya Berubah Kemarahan dari masalah KARHUTLA ke Masalah Banjir?

15 Oktober 2019   12:53 Diperbarui: 19 Oktober 2019   20:17 164
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: regional.kompas.com (telah diedit sesuai kebutuhan)

Memasuki awal oktober ini, hujan akhirnya terlihat turun di beberapa daerah di Indonesia. Nampaknya menandai akan segera berakhirnya kemarau panjang yang telah berlangsung beberapa lama.

Seperti biasa, saat dimulainya pergantian musim adalah saat dimana perhatian kita akan segera teralihkan kebentuk situasi lain.

Kita yang beberapa waktu lalu akrab dengan situasi udara panas disertai debu yang berterbangan di bawah terik matahari, akan segera teralihkan dengan mulai mengakrabi situasi udara sejuk, tanah becek, dan genangan air di bawah langit yang selalu mendung.

Situasi yang diakibatkan perubahan musim ini akan pula diikuti perubahan pada persoalan lingkungan, sosial, hingga budaya yang terasa dalam lapisan masyarakat.

Contohnya, jika pada musim kemarau barusan,  kita ketahui, di beberapa titik di Indonesia terjadi KARHUTLA (kebakaran hutan dan lahan) yang sangat memusingkan negara, dan bahkan menyulut kemarahan publik dengan menyalahkan pemerintah pusat yang dianggap lalai mengantisipasi, maka dalam musim penghujan nanti, besar kemungkinan jika bencana banjir yang mengintai, segera pula meluapkan kemarahan publik ke pemerintah pusat yang lagi-lagi dianggap telah lalai mengantisipasi bencana banjir tersebut.

Demikianlah, persoalan lingkungan yang timbul baik di musim kemarau maupun di musim hujan menjadi momentum ajang marah publik ke pemerintah pusat.

Dan karena bisa dikatakan hal ini telah berlangsung tiap tahun dalam kurun waktu 10 hingga 20 tahun terakhir, maka bisalah ini berpotensi menjadi tradisi budaya baru dalam khasanah hidup masyarakat di Indonesia.

Mungkin hanya tinggal menunggu pelaku seni untuk mengkreasikannya sebuah happening art yang melukiskan rekaman peristiwa dan segala bentuk emosi yang menyertai persoalan KARHUTLA dan Banjir tahunan dalam bentuk penyajian simbolis. Dan agar dapat menjadi seni budaya baru dalam masyarakat luas maka tentu sebaiknya dilaksanakan secara kolosal.

Bagi persoalan seperti KARHUTLA dan banjir yang sarat kemalangan rasanya memang dibutuhkan penciptaan  ruang-ruang kegembiraan tersendiri sehingga masyarakat yang terdampak dapat melaluinya dengan lebih santai. Bahkan jika perlu dengan rasa syukur.

Kita dapat belajar bersyukur pada supir grab yang mobilnya saya tumpangi semalam, yang bercerita tentang rasa senangnya karena musim hujan akan segera tiba, yang berarti berpeluang memberinya peningkatan jumlah penumpang. Atau petani garam yang riang menjemput datangnya musim kemarau.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun