Mohon tunggu...
Fadly Bahari
Fadly Bahari Mohon Tunggu... Penulis - Pejalan Sepi

Penjelajah dan Pengumpul Esensi

Selanjutnya

Tutup

Gadget Pilihan

Revolusi Industri 4.0 dan Narasi Sok Intelek!

19 Februari 2019   08:32 Diperbarui: 19 Februari 2019   10:17 395
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi kecerdasan buatan. (REUTERS/Fabrizio Bensch)

Dari tahun kemarin setidaknya isu ini saya sadari mulai ramai diperbincangkan dan berseliweran di banyak artikel online tanah air. Sampai kemudian pada pekan ini, secara ekstensif disuarakan setelah menjadi isu debat dalam pilpres

Jujur saja, ketika pertama kali mencermati istilah ini, yang terbayang dalam benak saya ketika itu adalah bahwa "citra" isu ini seperti konsep proposal seorang insinyur muda yang ingin menarik perhatian. Rasa skeptis saya timbul dikarenakan kronologi yang tidak jelas untuk industri 2.0 dan 3.0

Katakanlah Industri 1.0 dialamatkan pada revolusi industri di abad ke-19, saat dimulainya pemanfaatan mesin uap stationer untuk mendukung proses manufaktur di pabrik-pabrik. Pada masa ini juga, mesin uap berhasil menghilangkan fungsi layar pada kapal laut, dan lokomotif uap membuat kuda penarik beban banyak kehilangan pekerjaan.

Industri 2.0 dapatlah kita alamatkan pada pemanfaatan teknologi elektrifikasi pada mesin-mesin pabrik di abad ke-20. Dimana kemampuan manusia mengembangkan dan memanfaatkan potensi listrik arus lemah mengarah pada terciptanya barang-barang elektronik, seperti robot dan mesin komputer yang terbukti efektif mendukung industri manufaktur skala besar. Pada tahap ini teknologi digitalisasi telah mulai pula dikembangkan.

Untuk 3.0, jelas mesti kita alamatkan pada teknologi Informasi berbasis internet, yang efektif mendukung dunia industri terutama di tahap studi pengembangan konsep, pengadaan bahan baku, hingga pada kontrol Penjualan produk. Inilah fase yang sebenarnya tengah berlangsung di masa sekarang ini. 

Inti dari fase ke 3 ini pada dasarnya adalah pemanfaatan secara maksimal potensi gelombang  analog dan gelombang digital dalam kehidupan manusia, sebagai hasil tindaklanjut dari pengembangan dan pemanfaatan potensi listrik arus lemah pada fase sebelumnya.

Demikianlah, jika tahap revolusi industri mesti dilabeli pengangkaan, maka saya melihat mestinya hanya sampai pada tahap 3.0. Penjelasan industri 4.0 pada infografik seperti dibawah ini, saya pikir adalah bentuk kategorisasi yang tidak relevan satu sama lain. Tidak mendasar.

(sumber:https://webplanetpk.com)
(sumber:https://webplanetpk.com)
Beberapa poin bahkan tidak berada pada posisi yang benar. "Mass Production" dan "Assembly Line" misalnya, jelas telah dimulai sejak penerapan mesin uap pada mesin-mesin pabrik di abad ke 19 (penggambarannya bisa dilihat pada film oliver twist), karena itu ia mesti di geser bergabung di poin 1.

"Electricity", "Computer" dan "Automation" mestinya bergabung di poin 2. Karena itu, "Cyber physical Systems" mesti digeser mengisi poin 3 yang kosong ditinggal pergi "Computer dan Automation" ke poin 2.

Lalu mengapa insinyur muda itu memaksakan angka 4.0 pada konsep proposalnya? Ya itu, ia sepertinya hanya sekedar berusaha menarik perhatian saja.

Jika kita mencoba mereka-reka dari mana insinyur muda itu terinspirasi angka 4.0, kita bisa saja menduga ia terinspirasi pada kebiasaan pelabelan versi suatu software ataupun aplikasi. Atau bisa jadi, ia terobsesi dengan bayangan USB 4.0.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gadget Selengkapnya
Lihat Gadget Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun