“Di dalam masyarakat wajar saja, apalagi di dalam keluarga kalau bapaknya dokter, keturunannya jadi dokter. Bapaknya insinyur, anaknya mau jadi insinyur. Dalam politik begitu juga . Kalau bapaknya tokoh politik atau bidang politik, anaknya juga mau masuk bidang politik” Kata Andi Mallarangeng Politisi Partai Demokrat
Mereka yang disebut sebagai bagian dari dinasti politik memang berbeda dengan nepotisme, karena memang dipilih oleh rakyat. Tetapi kadang kala dinasti politik menjadi jalan untuk melanggengkan korupsi yang sistematis. Misalnya dinasti Atut di Banten ini, Ratu Atut di vonis 5 tahun 6 bulan penjara karena merugikan negara sebesar 79,7 miliar rupiah yang melibatkan sedikitnya 10 anggota keluarga.
Wajar saja banyak yang tidak menyukai dinasti politik, karena dengan adanya dinasti ini tidak memberikan kesempatan kepada orang-orang yang lain yang bukan berasal dari dinasti. Seolah-olah hanya mereka yang memiliki privilege yang berhak maju ke pemerintahan. Meskipun demikian, calon yang termasuk dalam dinasti politik belum tentu menang dalam Pilkada. Mengapa demikian? Karena masyarakat pasti menilai kemampuannya, apakah cukup kompeten atau tidak, meskipun tak jarang masyarakat yang memilih hanya berdasarkan apa yang didapat saat kampanye.
*Penulis merupakan mahasiswa Program Studi Ilmu Komunikasi, Fisip, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa