Saat saya berada di bangku madrasah Ibtidaiyah 6 tahun, salah satu kebiasaan dari para ustadz dan ustadzah saat itu ialah memeriksa buku catatan para siswa. Beliau-beliau mencek apakah di awal halaman catatan ditulis "Bismillahirrahmaanirrahiim" atau tidak. Bila belum menulisnya maka akan diminta menulisnya. Jadi selama 6 tahun pembiasaan itu terjadi. Alhamdulillah apa yang dilakukan para ustadz dan ustadzah jadi membekas di diri saya. Semoga ini menjadi amal baik untuk beliau-beliau di sisi Allah. Aamiin.
Sementara di sekolah umum selama 12 tahun tidak pernah ada sekalipun perintah dari para guru maupun guru agama untuk menulis kalimat mulia tersebut. Berpositif thinking mungkin beliau-beliau menganggap para siswa sudah mengerti, jadi tidak perlu diingatkan.
Ke depannya, menurut saya  baiknya para guru baik di sekolah umum atau sekolah Islam, kalau belum membiasakan para siswanya menulis Bismillah saat akan mencatat pelajaran (kalau belum lho ya....., kalau sudah, Alhamdulillah), hal itu akan menjadi pahala yang tak henti bila si siswa tidak melupakan kebiasaan itu, dan membiasakan juga pada putra-putrinya.. Bisa dibayangkan bila setiap tahun ada 40 siswa dibiasakan menuliskan Bismillah saat menulis catatan, selama 40 tahun mengajar, akan ada 1600 siswa, 100 orang terus membiasakan kebiasaan itu, diteruskan ke anak-anaknya. Masya Allah.Â
Menurut sejarah, Rasulullah Shallalahu Alaihi  Wassalam, saat menulis surat pada Heraclius selalu menuliskan kalimat Bismilah.  Tidak terputus di  mengirim surat, untuk segala hal, beliau selalu melakukannya.Â
Memang banyak sekali hadits tentang keutamaan membaca Bismillah, salah satunya :
"Segala urusan yang penting yang tidak diawali bismillah, maka akan berkurang (atau bahkan hilang) keberkahannya. (HR Ibnu Haban).
Peribahasa kulon mengatakan :"Kebiasaan yang dilakukan secara terus menerus akan menjadi karakter". Tidak rugi membiasakannya, bukan?