Mohon tunggu...
Fadiyah Munifah
Fadiyah Munifah Mohon Tunggu... Freelancer - Hobi naik gunung dan work from cafe yang sesekali jiwa content creator nya muncul. Sedang dalam perjalanan menjadi manusia yang bermanfaat bagi sesama.

Certified Social Worker | Community Development Officer | Social Media Enthusiast

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Sukses Dunia dan Akhirat, Inti dari Hidup Sejahtera

23 Februari 2021   08:00 Diperbarui: 23 Februari 2021   08:01 650
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

"Cita-cita aku ingin sukses di dunia dan di akhirat.."

Mungkin sebagian pernah menulis kalimat tersebut di biodata pada selembar kertas binder, atau sering juga kita ucapkan kalimat tersebut kalo ditanya soal cita-cita saat masih duduk di bangku sekolah dasar.

Berbicara tentang "kesuksesan", artinya suatu hasil dari proses dan langkah yang kita kerjakan. Tentunya apa yang kita tanam itulah yang kita tuai.

Namun disini yang akan dibahas adalah seperti apa kehidupan yang sejahtera itu?

Dalam Islam, sejahtera atau kesejahteraan dapat digambarkan dengan istilah Al-Falah yang secara bahasa memiliki arti keberuntungan, kesuksesan yang didapat dalam kebaikan dan kenikmatan.

Konsep Al-Falah memiliki dua dimensi, yakni dimensi dunia dan akhirat.

Kebahagiaan kehidupan di dunia yang hanya sementara ini akan hambar bahkan merana tanpa adanya kesuksesan di akhirat yang merupakan kesuksesan yang paripurna. Hal ini menjadi idaman dan impian setiap orang.

Rasulullah SAW mengajarkan kepada umatnya agar senantiasa mendamba untuk mendapatkan kebaikan di dunia dan di akhirat :

Dalam Ilmu Kesejahteraan Sosial, arti kesejahteraan itu sendiri adalah ketika terpenuhinya kebutuhan material, spiritual, dan sosial.

  • Kebutuhan Material

Setiap harinya bahkan 24 jam non-stop, setiap orang berjuang hilir mudik menjemput rejeki untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Yang perlu digaris bawahi adalah cara mendapat harta (al-amwal) tersebut. Apakah dengan jalan yang halal atau haram. Tentu saja, kedua jalan tersebut bagai dua persimpangan jalan yang akan membawa kita ke tujuan yang berbeda.

Sumber harta yang haram akan menghancurkan kesejahteraan (al-falah). Bagaimana tidak, harta yang kemudian diberikan pada keluarganya akan merusak bak virus yang mematikan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun