Mohon tunggu...
Nur Fadilah
Nur Fadilah Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pengelolaan Tanaman Transgenik dalam Produksi Pangan

17 Desember 2018   12:26 Diperbarui: 17 Desember 2018   12:36 348
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Seiring dengan adanya pertumbuhan jumlah penduduk dunia maka meningkat pula kebutuhan pangan dunia. Hal inilah yang menjadi salah satu faktor permasalahan yang timbul dan harus dilakukan upaya untuk menanganinya. Usaha--usaha peningkatan produksi dan kualitas pangan selalu dilakukan melalui penelitian-penelitian. Tetapi masalah pangan tersebut tetap menjadi beban yang harus diatasi. Bioteknologi modern yang akhir-akhir ini berkembang pesat merupakan salah satu cara untuk mengatasi masalah pangan dan pemenuhan gizi terutama masyarakat di negara berkembang. Bioteknologi pangan yang secara umum memanfaatkan sistem biologi untuk menghasilkan produk yang diinginkan, sangat bermanfaat untuk memenuhi kebutuhan pangan. Bioteknologi pangan tradisional memanfaatkan teknologi fermentasi menggunakan yeast sedangkan bioteknologi pangan modern dengan rekayasa genetik atau transgenik.

Melalui teknologi baru ini memungkinkan terjadi perubahan dalam produksi pangan secara konvensional. Pemanfaatan teknologi baru harus melalui tahap uji coba, supaya tidak berdampak negatif terhadap ekonomi, sosial dan budaya. Petani tradisional perlu diperhatikan dan dilibatkan dalam pelaksanaan pemanfaatan bioteknologi baru dengan pemberian bantuan modal atau peraturan pemerintah, supaya petani-petani berdasi yang memiliki modal besar tidak menyebabkan petani tradisional yang hanya mempunyai modal kecil merasa tersingkir. Potensi dari tanaman transgenik yang menjanjikan memang diperlukan tetapi perlu ditanggapi secara bijaksana dan tidak emosional.

Tanaman transgenik seperti juga tanaman hasil penangkaran yang dilakukan secara konvensional, tetap mempunyai resiko maka dari itu perlu manajemen yang teliti terhadap kemungkinan-kemungkinan resiko yang akan terjadi sebelum tanaman hasil bioteknologi ini diperkenalkan kepada masyarakat luas. Teknologi apa saja pasti ada sisi positif dan sisi negatif. Semakin maju ilmu itu, semakin rumit bahayanya. Di negara-negara yang mengembangkan rekayasa genetika, di situ kritiknya juga sangat kuat. Yang penting dalam pemanfaatan teknologi baru adalah screening, supaya tidak menimbulkan dampak yang merugikan pada lingkungan dan masyarakat pemakai khususnya.

Rekayasa genetik memiliki potensi untuk meningkatkan kualitas, nilai nutrisi, jenis makanan yang tersedia dan meningkatkan efisiensi produksi makanan, distribusi makanan dan pengolahan limbah. Gen yang dimasukkan ke tanaman dapat memberikan pertahanan biologis terhadap penyakit dan hama, sehingga mengurangi kebutuhan pestisida kimia yang mahal, dan memberikan sifat pada tanaman yaitu tahan kekeringan, pH, salju dan kondisi garam.

Berbagai produk pangan transgenik hasil rekayasa genetik yang aman bagi kesehatan telah dilegalkan untuk digunakan diantaranya beras transgenik, jagung transgenik, kedelai bahkan gandum transgenic (Floras, 2008). Saat ini produk pangan transgenik masih menjadi kontroversi dan perdebatan di Indonesia terkait dengan keamanan pangan dan dampaknya terhadap kesehatan. Di masyarakat Indonesia telah terbangun paradigma dan ketakutan akan bahaya bahan pangan transgenik bagi kesehatan karena mengandung senyawa karsinogenik yang berperan sebagai pemicu kanker.

Sebaiknya pemerintah sebagai regulator segera mengambil kebijakan untuk mengklarifikasi dan meluruskan hal tersebut dengan melakukan kegiatan penelitian terkait pangan transgenik. Apabila berdasarkan hasil penelitian terbukti bahwa pangan transgenik aman untuk dikonsumsi dan tidak menimbulkan efek samping bagi kesehatan, maka sebaiknya segera dilakukan sosialisasi agar masyarakat Indonesia tidak ragu dan cemas untuk mengkonsumsi produk pangan transgenik. Meskipun saat ini pemerintah sendiri telah mengeluarkan Surat Keputusan bersama antara Kementerian yang terkait, yang mengatur dan mengawasi tentang keamanan hayati dan keamanan pangan pemanfaatan produk pertanian hasil rekayasa genetika. Tetapi surat keputusan ini belum diikuti dengan pelabelan pada makanan yang menggunakan produk bioteknologi dan sudah beredar di pasaran Indonesia.

Penerimaan masyarakat terhadap makanan hasil rekayasa genetik dipengaruhi oleh dua hal yaitu, integrasi proses bioteknologi dan kebijakan atau peraturan terhadap makanan rekayasa genetik yang dikeluarkan oleh pemerintah (Sager, 2001). Risiko produksi dan konsumsi dari makanan rekayasa genetik baru harus dipertimbangkan terhadap manfaat yang bisa didapatkan, ketika manfaatnya lebih besar maka jenis makanan ini harus dikembangkan lebih lanjut.

KAJIAN RELIGIUS

Dalam perkembangan bioteknologi yang menggunakan agen biologi sebagai medianya, Allah menciptakan jasad-jasad renik di dunia ini sesuai dengan fungsinya masing-masing. Meskipun makhluk yang sangat kecil, tetapi mikroorganisme memilki peranan penting bagi manusia terutama untuk meningkatkan produk pangan. Sebagaimana dengan firman Allah dalam :

Al-Furqon (25) : ayat 2

[:]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun