Selain limbah organik rumah tangga, pengomposan dapat ditambahkan sampah seresah kering guguran daun atau sampah hasil pembersihan rumput.Â
Selama pengomposan drum komposter harus tertutup minimal selama 4 minggu, kemudian setelah itu baru dikeringanginkan sampai teksturnya menjadi padat seperti gumpalan tanah.Â
Bila kompos masih terlalu basah setelah beberapa hari dikeringanginkan, maka dapat ditambahkan seresah daun kering ataupun ditambahkan tanah. Pupuk kompos dan media tanam ini sangat bermanfaat untuk melakukan budidaya urban farming di pekarangan sekitar rumah.Â
Media tanam hasil pengolahan limbah rumah tangga dapat digunakan untuk penanaman beragam sayuran yang memiliki umur panen singkat, seperti: kangkung, bayam, sawi, daun bawang, dan sebagainya.Â
Penggunaan media tanam untuk menanam sayuran berumur singkat ini tidak membutuhkan tambahan pupuk apapun lagi. Hanya dengan media tanam tersebut sudah mampu mencukupi kebutuhan nutrisi bagi pertumbuhan tanaman sampai dengan tanaman siap panen.Â
Bahkan untuk sayuran berumur singkat media tanam dapat digunakan hingga 2-3 kali. Setelahnya media tanam yang sudah selesai ditanami 2-3 kali dapat dijadikan sebagai campuran dalam proses pengomposan limbah organik rumah tangga menjadi media tanam yang baru.
Bagi pemula yang ingin memulai urban farming dengan media tanam hasil pengomposan limbah organik rumah tangga, dapat memulai dengan menanam kangkung atau bayam brazil, karena tanaman tersebut termasuk tanaman yang mudah untuk dibudidayakan.Â
Memanfaatkan limbah organik rumah tangga, tidak hanya berujung pada pengomposan, tetapi kita bisa dilakukan regrow untuk sisa hasil pembersihan sayur dan buah.Â
Kita dapat melakukan regrow pada batang kangkung, batang bayam brasil, batang sawi, batang daun bawang, potongan umbi dan rimpang, serta bonggol sayuran lainnya. Budidaya tanaman secara regrow ini tentu sangat mendukung sistem pertanian berkelanjutan yaitu dengan penerapan zero waste dan zero cost.