Mohon tunggu...
Fadhli Harahab
Fadhli Harahab Mohon Tunggu... Konsultan - Konsultan

Tertarik di bidang sospol, agama dan kebudayaan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Ramadan, Covid-19, dan Revolusi Diri

3 Mei 2020   02:21 Diperbarui: 3 Mei 2020   02:18 259
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi berbuka puasa (Pixabay)

Dengan begitu, umat mampu beradaptasi dengan zaman, keadaan dan kondisi faktual. Mampu memetik hikmahnya, yaitu dapat merasakan kondisi orang lain sebagaimana dia merasakannya sendiri, mencegah pemborosan dan tentunya memunculkan sikap suka berbagi antar sesama. 

Dan, menurut penulis sikap macam itu patut menjadi out put setelah seorang berpuasa selama sebulan penuh. Artinya, ada perubahan gaya hidup dan kebiasaan sebagai buah dari perjuangan merevolusi diri. 

Bukan sebaliknya, puasa ramadhan hanya menjadi saat dimana kita merasakan lapar bersama, haus bersama, tetapi tidak merasakan perubahan gaya hidup bersama. "Berapa banyak orang yang berpuasa tetapi tidak mendapatkan apa-apa, kecuali lapar dan haus," (Hadist).

Covid-19 dan Ramadhan

Ramadhan tahun ini tentu terasa berbeda jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Nuansanya kurang terasa karena dunia, khususnya tanah air, sedang mengalami musibah wabah penyakit yang mudah menular, Covid-19.

Tahun lalu, kita masih melihat masjid begitu sesak dengan para jemaah tarawih, terdengar suara tadarusan dari hampir setiap masjid dan musalla, buka puasa bersama, pembagian takjil hingga i'tikaf di masjid. 

Namun ramadhan tahun ini tidak demikian, umat islam harus menahan semangat beribadah di masjid demi mengikuti aturan pemerintah dalam konteks pencegahan Covid-19.

Meski begitu, aturan tersebut tidak boleh membuat umat islam patah semangat dalam menjalankan rangkaian ibadah di rumah. Spirit ramadhan sebagai bulan peningkatan amal sholeh harus menjadi bekal kuat dalam menghadapi kondisi terkini. 

Spirit yang harus tetap kokoh di dalam hati umat sebagai landasan mempertebal keimanan dan menjalani hari-hari di tengah pandemi covid-19.

Terkait dua peristiwa ini (ramadhan dan covid-19), penulis menilai ada beberapa kesamaan semangat yang dilahirkan, meskipun terdapat perbedaan dari segi kualitas peristiwa, covid-19 diinstitusikan sebagai bencana, sementara ramadhan sebagai bulan pelatihan diri. Namun begitu, dari kedua peristiwa ini perlu ditarik hikmah baiknya dan dijadikan pelajaran di masa yang akan datang.  

Covid-19 dan ramadhan mengajarkan kita tentang pentingnya kebersihan diri dan kebersihan jiwa, mengajarkan kita berempati terhadap orang lain dan mengajarkan kita bertahan dalam kondisi apapun.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun