Mohon tunggu...
Fadhil Nugroho Adi
Fadhil Nugroho Adi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Paruh Waktu

Pembelajar, penyampai gagasan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kisah di Balik Gelar-gelar dalam Islam

1 Desember 2017   16:20 Diperbarui: 1 Desember 2017   16:44 7476
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: www.voa-islam.com

(Sebuah Resensi)

Judul Buku : Gelar Dalam Islam

Penulis : Zulkifli

Penerbit : Pinus Book Publisher                       

Kota Terbit : Yogyakarta

Tahun Terbit : 2009

Tebal : 164 halaman

Gelar pada umumnya menaikkan prestise seseorang. Sehingga saat ini banyak politisi yang berusaha untuk mendapatkan gelar haji untuk mencitrakan dirinya sebagai orang yang taat. Inilah manusia saat ini. Terlampau silau pada gelar terlebih yang menaikkan citra dirinya sendiri. Padahal jika kita mau melihat sejarah, ada tokoh Islam yakni K.H. Hasyim Asy'ari yang tidak silau dengan gelar. Keteguhan beliau inilah yang merisaukan Belanda karena berarti kelompok agama telah bangkit dan mengusik eksistensi penjajah.

Itu dulu sekali. Saat Islam masih punya tokoh yang berintegritas tinggi terhadap Islam di Indonesia. Akan tetapi seiring kemajuan zaman, gelar-gelar seperti syeikh, kiai, ustdz, dan lain sebagainya menjadi mudah untuk didapatkan. Islam di Indonesia memang tidak memiliki institusi yang memiliki wewenang untuk memberikan gelar kepada seseorang melainkan hanya masyarakat yang menyematkan gelar-gelar tersebut. Mengapa? Karena seseorang dianggap mampu sebagai panutan. Masih jelas dalam ingatan bagaimana Syeikh Puji yang memperistri anak di bawah umur? Ia pun mengakui gelar "Syeikh"nya didapat dari para kiai dengan alasan : mendermakan harta dalam jumlah besar dalam syiar Islam. Orang disebut syeikh bisa karena tiga hal: tataran ilmu, harta dan perjuangan fi-sabilillah nya. Bagi Syeikh Puji gelar "Syeikh" ini biasa saja karena sebutan "Syeikh" dipakai untuk menyebut pria dewasa di Timur Tengah.

SEJARAH GELAR ISLAM DI NUSANTARA

Ketika pada abad 15 Islam mulai berkembang di Nusantara, para raja Islam rupanya saling berebut untuk mendapatkan gelar seperti gelar Sultan dan Zillullah fil alam (bayang-bayang Tuhan) yang dipakai Merah Silu, salah seorang raja Pasai. Tidak menutup kemungkinan akan muncul rasa sakit hati ketika Raja Mataram tidak menerima gelar selayaknya Raja Banten yang menerima legitimasi kesultanan pada 1638 dari penguasa Mekkah. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun