Hari ini, Ramadan baru saja meninggalkan kita, 1 Syawal 1446 Hijriah atau Lebaran 2025 Masehi dirayakan oleh umat Muslim di Dunia termasuk Indonesia.
Lebaran sendiri umumnya identik dengan kemeriahan, baju baru, hidangan berlimpah, serta tradisi berbagi rezeki. Namun, di tengah kondisi ekonomi yang sedang lesu, perayaan yang berlebihan justru bisa menjadi beban finansial.Â
Oleh karena itu, konsep "lebaran minimalis" layak untuk diterapkan agar makna Idul Fitri tetap terasa tanpa harus mengorbankan kestabilan keuangan.
Ekonomi Lesu, Bijak dalam Pengeluaran
Tahun ini, banyak sektor usaha mengalami perlambatan. Harga kebutuhan pokok melonjak, daya beli masyarakat menurun, dan banyak keluarga yang harus lebih berhati-hati dalam mengatur keuangan.
Dalam situasi seperti ini, mengutamakan kebutuhan dibanding keinginan adalah langkah yang bijak. Lebaran tidak harus selalu dengan baju baru atau hidangan mewah. Pakaian yang masih layak pakai dan makanan yang sederhana tetap bisa membawa kebahagiaan.
Menjauhi Sifat Riya dalam Berlebaran
Islam mengajarkan untuk menjauhi sifat riya atau pamer dalam segala aspek kehidupan, termasuk saat merayakan Lebaran.
Menampilkan kemewahan secara berlebihan, baik dalam bentuk pakaian, perhiasan, maupun sajian Lebaran, bisa menimbulkan kesenjangan sosial dan perasaan iri di antara sesama. Padahal, inti dari Idul Fitri adalah meningkatkan keimanan dan mempererat silaturahmi, bukan sekadar ajang unjuk kekayaan.
Lebaran dengan Kesederhanaan yang Berarti
Mengadopsi konsep lebaran minimalis tidak berarti menghilangkan kebahagiaan dalam merayakan hari kemenangan. Justru, dengan kesederhanaan, kita bisa lebih fokus pada hal-hal yang lebih penting, seperti meningkatkan ibadah, berbagi dengan yang membutuhkan, serta menjaga keharmonisan keluarga.Â
Berikut beberapa cara sederhana untuk menerapkan lebaran minimalis:
1. Memakai Baju Lama yang Masih Layak -- Tidak ada keharusan membeli baju baru. Pakaian yang sudah ada tetap bisa dipakai dengan rapi dan bersih.