Menjelang Hari Raya Idul Fitri, masyarakat Indonesia, khususnya umat Islam, mulai sibuk mempersiapkan berbagai sajian khas lebaran. Tradisi ini bukan hanya milik mereka yang berkecukupan, tetapi juga bagi mereka yang kurang mampu, yang mendapatkan bantuan dari zakat yang dihimpun oleh masjid maupun Badan Amil Zakat Nasional (Baznas).
Persiapan hidangan lebaran pun beragam, ada yang membeli makanan siap saji seperti kue kering dan sirup, sementara makanan berat seperti opor ayam, rendang, dan ketupat lebih sering dibuat sendiri di rumah.
Namun, di balik meriahnya persiapan ini, selalu ada cerita menarik, mulai dari tepung terigu yang tumpah saat membuat kue, meja dapur yang berantakan, hingga kekacauan di dapur karena terlalu banyak hidangan yang harus disiapkan dalam waktu bersamaan.
Sebelum Memasak, Ada Tantangan Lain: Harga yang Melonjak
Namun, sebelum cerita seru di dapur terjadi, ada tantangan lain yang harus dihadapi: lonjakan harga bahan makanan yang hampir selalu terjadi menjelang lebaran. Harga-harga di pasar bisa naik drastis hingga dua kali lipat.Â
Sebagai contoh, di salah satu pasar di Depok, harga bawang merah yang biasanya sekitar Rp40.000 per kilogram bisa melonjak menjadi Rp80.000, sementara bawang putih dari Rp30.000 naik menjadi Rp70.000.
Saat ibu saya bertanya kepada pedagang langganannya mengenai kenaikan harga ini, jawabannya sederhana tetapi masuk akal: karena banyak pembeli yang akan membeli berapa pun harganya.Â
Momen lebaran adalah kesempatan istimewa bagi banyak orang untuk menikmati hidangan khas yang mungkin hanya bisa mereka santap setahun sekali.
Strategi Pembeli dan Pedagang: Antara Bertahan dan Berspekulasi
Karena lonjakan harga ini selalu terjadi setiap tahun, para pembeli sudah bersiasat dengan membeli bahan makanan dalam jumlah besar untuk persediaan hingga satu bulan ke depan. Hal ini dilakukan untuk menghindari harga yang semakin melambung atau bahkan kehabisan stok.
Di sisi lain, beberapa oknum pedagang juga memiliki strateginya sendiri. Mereka cenderung menahan stok barang dan menjualnya saat harga sudah naik menjelang lebaran. Akibatnya, persaingan antara pembeli yang ingin mendapatkan harga terbaik dan pedagang yang mencari keuntungan lebih besar semakin memperumit kondisi pasar.
Duka di Balik Kenaikan Harga
Bagi pembeli, kondisi ini jelas menyulitkan. Mereka tidak bisa bebas membeli bahan makanan untuk persiapan lebaran seperti hari-hari biasa. Bahkan, ada yang salah strategi dalam menyimpan bahan makanan, sehingga beberapa di antaranya membusuk sebelum sempat digunakan.