Dampak dari pandemi ini juga sangat berpengaruh terhadap Batik Mahkota Laweyan "Dampaknya itu yo sangat besar sih, jadi untuk penjualannya itu sangat terasa bagi kita untuk income nya itu sendiri. Karena kita belum terbiasa dalam melayani pengunjung itu ada batas-batas, kayak interaksi kita dengan pengunjung, terus pengunjung juga tidak boleh terlalu lama di toko, la itu kan juga masalah. Kalau sebelum korona alhamdulilah masih stabil, tapi kalau korona itu kaya kita harus bisa menyeimbangkan antara income sama pengeluaran, Nah itu tantangan kita," jawabnya. Taufan juga bercerita sejak tahun pertama korona masuk omsetnya turun hingga 90%. Â "Setelah covid tahun pertama masuk itu omzet sangat drop, terasa sekali sampe 90% rata rata semua yang ada di laweyan", lanjutnya.
Saat ini, Batik Mahkota sudah mengarah stabil untuk pendapatannya. "Setelah di tahun kedua pandemi ini kita bisa merangkak naik, ya setidakya bisa ke arah stabil income nya itu sendiri," ungkapnya.
Taufan juga menjelaskan mengenai suka duka usaha Batik Mahkota milik ayahnya itu, "Suka nya itu yang paling pokok yang menjadi visi misi kita itu ya mengedukasi para pengunjung yang mau berkunjung, salah satunya di mahkota ini. karena dengan mengedukasi kita melestarikan batik itu ke khalayak umum dan untuk generasi berikutnya dan itu yang menjadi visi misi kami supaya batik itu tidak mati dilekang zaman jadi tetap terus continue untuk generasi berikutnya dengan inovasi yang akan dibuat oleh generasi berikutnya. walau kita belum tau, tapi setidaknya kita bisa mengajarkan kalau batik itu sangat perlu kita jaga karna batik itu warisan budaya yang diakui dunia," jelasnya.
"Kalau untuk dukanya ya kita dalam memproduksi pasti ada kesalahan atau kekurangan, Nah itu yang selalu menjadi PR kita untuk selalu berbenah terus dalam melayani para pengunjung, tidak mengecewakan pengunjung dengan memberikan fasilitas yang terbaik, produksi sesuai dengan SOP kita", tutupnya.